Harga minyak sedikit bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), di tengah berlanjutnya kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar AS dan gelombang pandemi virus corona kedua, serta penurunan persediaan minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun tipis sembilan sen menjadi ditutup pada 45,37 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September sedikit menguat empat sen menjadi menetap di 42,93 dolar AS per barel.
Minyak mentah WTI mendapatkan dorongan terlambat setelah risalah pertemuan dewan Federal Reserve dirilis. Bank sentral AS sedang mempertimbangkan perubahan kebijakan yang dapat mempertahankan langkah-langkah stimulus agresif.
Stok minyak mentah AS turun 1,6 juta barel pekan lalu, sementara permintaan bahan bakar jatuh 14 persen dari periode tahun lalu selama empat pekan terakhir, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.
“Penurunan permintaan bensin dari minggu ke minggu menjadi perhatian. Itu masih menunjukkan pelemahan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. "Satu-satunya hal yang menahan kami adalah permintaan," katanya.
Permintaan minyak global akan pulih ke tingkat pra-pandemi segera setelah kuartal keempat, menteri Energi Saudi mengatakan, sambil mendesak kepatuhan dengan kesepakatan global untuk memangkas produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dijuluki OPEC+, memulai pertemuan pada Rabu (19/8) untuk meninjau tingkat kepatuhan dengan kesepakatan itu, yang bertujuan guna mendukung harga.
“Berdasarkan proyeksi rata-rata dari berbagai institusi, ... diperkirakan bahwa dunia akan mencapai sekitar 97 persen dari permintaan minyak sebelum pandemi selama kuartal keempat -- yang merupakan pemulihan besar dari penurunan besar pada April dan Mei,” kata Pangeran Abdulaziz bin Salman.
Draf pernyataan OPEC+, yang dilihat oleh Reuters, mengatakan gelombang pandemi kedua yang berkepanjangan adalah risiko utama untuk pemulihan pasar minyak.
Sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu tidak mungkin mengubah kebijakan produksinya pada Rabu (19/8), yang saat ini menyerukan pengurangan produksi sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) terhadap rekor tertinggi 9,7 juta barel per hari hingga bulan ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun tipis sembilan sen menjadi ditutup pada 45,37 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September sedikit menguat empat sen menjadi menetap di 42,93 dolar AS per barel.
Minyak mentah WTI mendapatkan dorongan terlambat setelah risalah pertemuan dewan Federal Reserve dirilis. Bank sentral AS sedang mempertimbangkan perubahan kebijakan yang dapat mempertahankan langkah-langkah stimulus agresif.
Stok minyak mentah AS turun 1,6 juta barel pekan lalu, sementara permintaan bahan bakar jatuh 14 persen dari periode tahun lalu selama empat pekan terakhir, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.
“Penurunan permintaan bensin dari minggu ke minggu menjadi perhatian. Itu masih menunjukkan pelemahan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. "Satu-satunya hal yang menahan kami adalah permintaan," katanya.
Permintaan minyak global akan pulih ke tingkat pra-pandemi segera setelah kuartal keempat, menteri Energi Saudi mengatakan, sambil mendesak kepatuhan dengan kesepakatan global untuk memangkas produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dijuluki OPEC+, memulai pertemuan pada Rabu (19/8) untuk meninjau tingkat kepatuhan dengan kesepakatan itu, yang bertujuan guna mendukung harga.
“Berdasarkan proyeksi rata-rata dari berbagai institusi, ... diperkirakan bahwa dunia akan mencapai sekitar 97 persen dari permintaan minyak sebelum pandemi selama kuartal keempat -- yang merupakan pemulihan besar dari penurunan besar pada April dan Mei,” kata Pangeran Abdulaziz bin Salman.
Draf pernyataan OPEC+, yang dilihat oleh Reuters, mengatakan gelombang pandemi kedua yang berkepanjangan adalah risiko utama untuk pemulihan pasar minyak.
Sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu tidak mungkin mengubah kebijakan produksinya pada Rabu (19/8), yang saat ini menyerukan pengurangan produksi sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) terhadap rekor tertinggi 9,7 juta barel per hari hingga bulan ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020