Bermain adalah hak anak, tapi orangtua juga harus pintar menerapkan strategi agar anak tidak lupa waktu dan mengerjakan hal lain seperti belajar.
Orangtua, terutama bila buah hatinya sudah masuk usia sekolah, bisa mengajarkan anak untuk membedakan kapan harus bermain dan kapan harus belajar.
"Biasanya akan jauh lebih mudah jika kita berkomunikasi tentang jadwal bermain untuk anak," kata psikolog Anna Surti Ariani dalam acara virtual #MainYuk Dari Rumah bareng Paddle Pop, Rabu (22/7).
Baca juga: Ini alasannya anak-anak harus dibiarkan bermain
Jam dinding analog bisa dipilih sebagai alat bantu dalam membuat anak memahami jadwal belajar dan bermain. Jika anak sudah memahami cara kerja jam dinding, beritahu anak kapan waktunya mereka harus mengakhiri permainan.
"Kita bisa bilang, 'nanti kalau jarum panjang menunjuk angka 12, kita stop mainnya dulu'," kata Anna.
Menjelang batas waktu, ingatkanlah anak bahwa sebentar lagi dia harus berhenti bermain, namun dengan cara yang menyenangkan.
"Sebutkan 'masih boleh main kok', anak akan berpikir masih ada waktu dan lebih bersemangat," kata psikolog sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Klinis.
Setelah beberapa kali mengingatkan bila waktu bermain segera usai, orangtua bisa tegas ketika durasi waktu yang disepakati bersama anak telah tercapai.
"Pada saat jarum lewat angka 12, karena sudah disampaikan berulang kali, maka tidak ada negosiasi."
Sampaikanlah batasan-batasan ini kepada anak dengan cara yang baik dan hangat sehingga anak bisa belajar lebih baik serta berkembang sebagai individu yang lebih matang, pesan dia.
Strategi ini diterapkan oleh Puteri Indonesia 2004 Artika Sari Devi dengan membuat jadwal bermain, istirahat, belajar dan berkumpul untuk dua anaknya.
Ia dan suaminya, musisi Baim, meyakini segala sesuatu harus berimbang untuk anak, termasuk urusan bermain dan belajar.
Mereka membuat jadwal harian yang disesuaikan dengan porsi waktu yang dimiliki. Anak-anak bisa bermain, tapi tidak lupa belajar.
Jadwal ini juga membuatnya dan Baim bisa mengeratkan hubungan dengan buah hati di tengah segala kesibukan orangtua.
"Kalau mamanya sedang kosong, saya akan main sama anak, ada juga waktunya mereka main sendiri," ujar Artika.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Orangtua, terutama bila buah hatinya sudah masuk usia sekolah, bisa mengajarkan anak untuk membedakan kapan harus bermain dan kapan harus belajar.
"Biasanya akan jauh lebih mudah jika kita berkomunikasi tentang jadwal bermain untuk anak," kata psikolog Anna Surti Ariani dalam acara virtual #MainYuk Dari Rumah bareng Paddle Pop, Rabu (22/7).
Baca juga: Ini alasannya anak-anak harus dibiarkan bermain
Jam dinding analog bisa dipilih sebagai alat bantu dalam membuat anak memahami jadwal belajar dan bermain. Jika anak sudah memahami cara kerja jam dinding, beritahu anak kapan waktunya mereka harus mengakhiri permainan.
"Kita bisa bilang, 'nanti kalau jarum panjang menunjuk angka 12, kita stop mainnya dulu'," kata Anna.
Menjelang batas waktu, ingatkanlah anak bahwa sebentar lagi dia harus berhenti bermain, namun dengan cara yang menyenangkan.
"Sebutkan 'masih boleh main kok', anak akan berpikir masih ada waktu dan lebih bersemangat," kata psikolog sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Klinis.
Setelah beberapa kali mengingatkan bila waktu bermain segera usai, orangtua bisa tegas ketika durasi waktu yang disepakati bersama anak telah tercapai.
"Pada saat jarum lewat angka 12, karena sudah disampaikan berulang kali, maka tidak ada negosiasi."
Sampaikanlah batasan-batasan ini kepada anak dengan cara yang baik dan hangat sehingga anak bisa belajar lebih baik serta berkembang sebagai individu yang lebih matang, pesan dia.
Strategi ini diterapkan oleh Puteri Indonesia 2004 Artika Sari Devi dengan membuat jadwal bermain, istirahat, belajar dan berkumpul untuk dua anaknya.
Ia dan suaminya, musisi Baim, meyakini segala sesuatu harus berimbang untuk anak, termasuk urusan bermain dan belajar.
Mereka membuat jadwal harian yang disesuaikan dengan porsi waktu yang dimiliki. Anak-anak bisa bermain, tapi tidak lupa belajar.
Jadwal ini juga membuatnya dan Baim bisa mengeratkan hubungan dengan buah hati di tengah segala kesibukan orangtua.
"Kalau mamanya sedang kosong, saya akan main sama anak, ada juga waktunya mereka main sendiri," ujar Artika.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020