Inggris kini resmi memiliki total kematian COVID-19 tertinggi kedua di Eropa, menurut data baru pada Rabu yang mencakup kematian di semua fasilitas, termasuk di panti jompo.
Sekitar 26.097 orang meninggal setelah terbukti positif terinfeksi virus corona hingga 28 April pukul 1600 GMT, demikian Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE). Angka itu menandakan bahwa Inggris memilik kematian COVID-19 yang lebih banyak dibandingkan laporan kematian Prancis dan Spanyol.
"Data yang lebih lengkap ini akan memberi kami gambaran kematian yang lebih komprehensif dan lebih terkini di Inggris dan akan menginformasikan pendekatan pemerintah saat kami terus melindungi masyarakat," kata direktur medis PHE, Yvonne Doyle.
Baca juga: Pemerintah Inggris ingin lanjutkan Liga Premier sesegera mungkin
Kendati perbandingan internasional rumit, angka baru itu mengonfirmasi posisi Inggris di kalangan negara-negara Eropa yang paling parah terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson akan kembali bekerja pada hari Senin
Italia mengatakan pada Rabu bahwa 27.682 orang meninggal setelah terbukti positif virus corona. Seperti halnya Inggris, angka tersebut berdasarkan pada kematian usai tes positif COVID-19 di semua fasilitas.
Berbagai cara telah dilakukan Inggris untuk mengatasi jumlah kematian akibat corona, salah satunya adalah dengan menginjeksikan plasma darah dari pasien corona yang sembuh (konvalesen) kepada pasien corona yang parah.
Metode penyembuhan dengan menginjeksikan plasma itu, yang bertujuan membentuk antibodi melawan virus dianggap berhasil untuk menangani pasien pada kasus SARS selama 2002-2004.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Sekitar 26.097 orang meninggal setelah terbukti positif terinfeksi virus corona hingga 28 April pukul 1600 GMT, demikian Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE). Angka itu menandakan bahwa Inggris memilik kematian COVID-19 yang lebih banyak dibandingkan laporan kematian Prancis dan Spanyol.
"Data yang lebih lengkap ini akan memberi kami gambaran kematian yang lebih komprehensif dan lebih terkini di Inggris dan akan menginformasikan pendekatan pemerintah saat kami terus melindungi masyarakat," kata direktur medis PHE, Yvonne Doyle.
Baca juga: Pemerintah Inggris ingin lanjutkan Liga Premier sesegera mungkin
Kendati perbandingan internasional rumit, angka baru itu mengonfirmasi posisi Inggris di kalangan negara-negara Eropa yang paling parah terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson akan kembali bekerja pada hari Senin
Italia mengatakan pada Rabu bahwa 27.682 orang meninggal setelah terbukti positif virus corona. Seperti halnya Inggris, angka tersebut berdasarkan pada kematian usai tes positif COVID-19 di semua fasilitas.
Berbagai cara telah dilakukan Inggris untuk mengatasi jumlah kematian akibat corona, salah satunya adalah dengan menginjeksikan plasma darah dari pasien corona yang sembuh (konvalesen) kepada pasien corona yang parah.
Metode penyembuhan dengan menginjeksikan plasma itu, yang bertujuan membentuk antibodi melawan virus dianggap berhasil untuk menangani pasien pada kasus SARS selama 2002-2004.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020