Sahat Sipahutar (49), warga Desa Lobusingkam, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di tengah aktifitas kesehariannya sebagai seorang pemotong kayu untuk menghidupi istri dan lima anaknya.
"Korban meninggal dunia saat bekerja sendirian dalam keahliannya selaku pemotong kayu dengan menggunakan alat pemotong 'chain saw'," terang Kasubbag Humas Polres Taput, Aiptu Walpon Baringbing, Jumat (6/3).
Baca juga: Dugaan "suspect" corona bertambah, seorang warga Taput kembali diobservasi
Dinyatakan, pria paruh baya itu meninggal saat mencari nafkah untuk keluarganya di areal persawahan Bariba On, Dusun Sibatubatu, Desa Simasom, Kecamatan Pahae Julu, Taput, sekira pukul 10.30 WIB.
Rasa pilu dan sedih tergambar di wajah sang istri, Boru Butarbutar dan kelima orang anaknya, saat menerima jenazah suaminya yang dihantar dari Pahae Julu ke rumah duka, sekira pukul 15.00 WIB.
Baca juga: Terkait perusakan tiga rumah di Pahae Jae, Kades: Diperingatkan bandel, takut saya kena bacok
Korban yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang "chain saw" itu pergi ke Pahae Julu untuk momotong kayu demi membangun pondok di daerah persawahan milik Ganda Harianja.
"Sahat pergi ke Simasom, dua hari sebelum korban meninggal dunia. Di sana korban menemui temannya yakni Sori Harianja yang menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal baginya," urai Aiptu Walpon.
Kamis malam, korban bersama temannya SH masih bersama-sama minum tuak campur durian, sebelum tidur.
Esok harinya, yaitu pada Jumat, 6 Maret 2020, sekira pukul 08.00 WIB, korban pergi ke lokasi persawahan untuk bekerja sendirian.
Baca juga: Polisi ringkus tiga warga Baganbatu Riau sindikat curanmor di Taput
Saat itu, SH dan pemilik lahan GH menyusul ke lokasi karena korban diketahui sudah mengetahui lokasi bekerjanya.
"Sekitar pukul 10.30 WIB, SH dan GH mendatangi tempat bekerja korban dan sekaligus membawa nasi untuk makan siang. Setibanya di sana, keduanya melihat korban duduk bersandar pada tungkul kayu yang sudah terpotong. Mereka memanggil-manggil korban, namun korban tidak menyahut, walau jaraknya sudah dekat," cerita Walpon.
Mengaku curiga, kedua orang itu mendekati Sahat yang ternyata telah terbujur kaku dan tidak bernyawa lagi.
"SH, dan GH melaporkan hal tersebut ke Polsek Pahae Julu, dan langsung ditanggapi sang Kapolsek bersama personilnya yang langsung turun ke TKP dan melakukan olah TKP," ungkap Walpon.
Dari hasil pemeriksaan petugas di TKP tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan atau pun luka pada tubuh korban.
Meski demikian, pihak kepolisian tetap melakukan visum luar dan membawa korban ke Puskesmas terdekat untuk memastikan sebab kematiannya.
"Saat ini, korban telah diserahkan kepada keluarganya. Pihak keluarga pun tidak mencurigai adanya tindak kekerasan terhadap korban, dan mengakui kalau korban memiliki riwayat penyakit jantung," tukas Walpon.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Korban meninggal dunia saat bekerja sendirian dalam keahliannya selaku pemotong kayu dengan menggunakan alat pemotong 'chain saw'," terang Kasubbag Humas Polres Taput, Aiptu Walpon Baringbing, Jumat (6/3).
Baca juga: Dugaan "suspect" corona bertambah, seorang warga Taput kembali diobservasi
Dinyatakan, pria paruh baya itu meninggal saat mencari nafkah untuk keluarganya di areal persawahan Bariba On, Dusun Sibatubatu, Desa Simasom, Kecamatan Pahae Julu, Taput, sekira pukul 10.30 WIB.
Rasa pilu dan sedih tergambar di wajah sang istri, Boru Butarbutar dan kelima orang anaknya, saat menerima jenazah suaminya yang dihantar dari Pahae Julu ke rumah duka, sekira pukul 15.00 WIB.
Baca juga: Terkait perusakan tiga rumah di Pahae Jae, Kades: Diperingatkan bandel, takut saya kena bacok
Korban yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang "chain saw" itu pergi ke Pahae Julu untuk momotong kayu demi membangun pondok di daerah persawahan milik Ganda Harianja.
"Sahat pergi ke Simasom, dua hari sebelum korban meninggal dunia. Di sana korban menemui temannya yakni Sori Harianja yang menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal baginya," urai Aiptu Walpon.
Kamis malam, korban bersama temannya SH masih bersama-sama minum tuak campur durian, sebelum tidur.
Esok harinya, yaitu pada Jumat, 6 Maret 2020, sekira pukul 08.00 WIB, korban pergi ke lokasi persawahan untuk bekerja sendirian.
Baca juga: Polisi ringkus tiga warga Baganbatu Riau sindikat curanmor di Taput
Saat itu, SH dan pemilik lahan GH menyusul ke lokasi karena korban diketahui sudah mengetahui lokasi bekerjanya.
"Sekitar pukul 10.30 WIB, SH dan GH mendatangi tempat bekerja korban dan sekaligus membawa nasi untuk makan siang. Setibanya di sana, keduanya melihat korban duduk bersandar pada tungkul kayu yang sudah terpotong. Mereka memanggil-manggil korban, namun korban tidak menyahut, walau jaraknya sudah dekat," cerita Walpon.
Mengaku curiga, kedua orang itu mendekati Sahat yang ternyata telah terbujur kaku dan tidak bernyawa lagi.
"SH, dan GH melaporkan hal tersebut ke Polsek Pahae Julu, dan langsung ditanggapi sang Kapolsek bersama personilnya yang langsung turun ke TKP dan melakukan olah TKP," ungkap Walpon.
Dari hasil pemeriksaan petugas di TKP tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan atau pun luka pada tubuh korban.
Meski demikian, pihak kepolisian tetap melakukan visum luar dan membawa korban ke Puskesmas terdekat untuk memastikan sebab kematiannya.
"Saat ini, korban telah diserahkan kepada keluarganya. Pihak keluarga pun tidak mencurigai adanya tindak kekerasan terhadap korban, dan mengakui kalau korban memiliki riwayat penyakit jantung," tukas Walpon.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020