Harimau yang pernah konflik dengan manusia, apalagi telah menelan korban tidak akan dilepas ke habitatnya atau dilepasliarkan kembali.
"Bila Harimau itu benar memangsa masyarakat, tidak akan dilepas kembali," kata Kepala BKSDA Sumatera Selatan (Sumsel) Genman S. Hasibuan di sela Lokakarya Penanggulangan Konflik Manusia dan Satwa Liar di Palembang, Senin.
Alasannya, bila dilepas ke habitatnya dikhawatirkan binatang buas tersebut akan berkonflik lagi dengan manusia.
Jadi, harimau yang memakan masyarakat di Semende Darat Ulu, setelah sehat akan dimasukkan ke kebun binatang, ujar dia.
Namun demikian, kesemuanya itu masih menunggu hasil dari pengecekan di Lampung nanti.
Baca juga: Populasi harimau di Sumatera Selatan tinggal 17 ekor
Ketika ditanya mengenai harimau yang tertangkap tersebut apakah yang konflik dengan masyarakat sebelumnya, dia belum dapat memastikan karena itu wewenang yang merawat di Lampung.
Menurut dia, berdasarkan jejak di lapangan bisa jadi harimau tersebut yang bermasalah dengan masyarakat.
Yang jelas harimau tersebut sehat tetapi sekarang ini tidak seagresif seperti dahulu, kata dia.
Sementara Direktur Proyek KELOLA Sendang ZSL Indonesia Damayanti Buchori mengatakan untuk membantu pemerintah mencari jejak harimau tersebut digunakan kamera trip.
Kamera tersebut untuk melihat keberadaan harimau yang ada di Sumsel termasuk di wilayah Sembilang Dangku.
Selain itu, pihaknya rutin melaksanakan koordinasi antara lain dengan BKSDA.
Lokakarya diselenggarakan dengan harapan konflik binatang liar dengan manusia tidak terjadi lagi di Sumsel.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Bila Harimau itu benar memangsa masyarakat, tidak akan dilepas kembali," kata Kepala BKSDA Sumatera Selatan (Sumsel) Genman S. Hasibuan di sela Lokakarya Penanggulangan Konflik Manusia dan Satwa Liar di Palembang, Senin.
Alasannya, bila dilepas ke habitatnya dikhawatirkan binatang buas tersebut akan berkonflik lagi dengan manusia.
Jadi, harimau yang memakan masyarakat di Semende Darat Ulu, setelah sehat akan dimasukkan ke kebun binatang, ujar dia.
Namun demikian, kesemuanya itu masih menunggu hasil dari pengecekan di Lampung nanti.
Baca juga: Populasi harimau di Sumatera Selatan tinggal 17 ekor
Ketika ditanya mengenai harimau yang tertangkap tersebut apakah yang konflik dengan masyarakat sebelumnya, dia belum dapat memastikan karena itu wewenang yang merawat di Lampung.
Menurut dia, berdasarkan jejak di lapangan bisa jadi harimau tersebut yang bermasalah dengan masyarakat.
Yang jelas harimau tersebut sehat tetapi sekarang ini tidak seagresif seperti dahulu, kata dia.
Sementara Direktur Proyek KELOLA Sendang ZSL Indonesia Damayanti Buchori mengatakan untuk membantu pemerintah mencari jejak harimau tersebut digunakan kamera trip.
Kamera tersebut untuk melihat keberadaan harimau yang ada di Sumsel termasuk di wilayah Sembilang Dangku.
Selain itu, pihaknya rutin melaksanakan koordinasi antara lain dengan BKSDA.
Lokakarya diselenggarakan dengan harapan konflik binatang liar dengan manusia tidak terjadi lagi di Sumsel.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020