Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani menyebutkan bahwa peristiwa banjir yang terjadi di Barus tiga hari yang lalu merupakan banjir terbesar selama hidupnya, karena ia lahir dan dibesarkan di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah. Melalui peristiwa banjir besar itu, Bupati berkeyakinan ada hikmah yang dapat dipetik.
“Saya besar dan lahir di Barus ini, dan sekarang umur saya 35 tahun. Saya pastikan ini adalah banjir yang terbesar semasa hidup saya. Kalau banjir biasa sering teradi di Barus, tetapi tidak pernah separah ini. Kami berharap melalui peristiwa ini ada solusi yang terbaik antara pemerintah daerah, provinsi dan pusat untuk mencari tahu apa penyebab banjir ini,” katanya di Barus, Jumat siang.
Baca juga: TNI dan Brimob gotong royong bersihkan lumpur
Disebutkan Bupati, bahwa usulan pembangunan tanggul di Aek Sirahar sudah pernah disampaikannya ke pusat dan provinsi. Bahkan sewaktu ia menjabat Ketua DPRD Tapteng hal itu sudah diusulkannya, dan saat ini setelah menjabat Bupati, juga sudah diusulkan, tetapi belum mendapat tanggapan.
Ia berkeyakinan lewat musibah banjir tersebut, ada komitmen bersama untuk mencari solusi mengatasi banjir.
Baca juga: Berikut identitas korban meninggal akibat banjir di Tapanuli Tengah
“Kemarin saat pak Gubernur turun ke lokasi banjir, saya sudah sampaikan agar dibangun tanggul penahan banjir permanen sepanjang 2 KM di Aek Sirahar. Pasalnya banjir yang terjadi di Barus merupakan air kiriman dai hulu yaitu dari Kabupaten Humbang. Dan bapak Gubernur sendiri sudah melihatnya. Kita berharap melalui peristiwa ini hati bapak Gubernur terketuk untuk membangunnya. Dan jika anggaran itu harus dari pemerintah pusat, agar sama-sama kami perjuangkan,” harap Bupati.
Mantan Ketua DPRD Tapteng itupun berkeyakinan bahwa masyarakatnya akan cepat bangkit, serta perhatiannya membantu korban tidak akan surut. Bahkan ia sudah menggalang kebersamaan bersama putra-putri asal Barus yang ada diperantuan untuk saling membantu.
“Setiap musibah pasti ada hikmah. Habis terang pasti tiba gelap dan sebaliknya. Disaat gelap itu mari kita merenung dan disaat terang itu mari kita bangkit,” tandasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
“Saya besar dan lahir di Barus ini, dan sekarang umur saya 35 tahun. Saya pastikan ini adalah banjir yang terbesar semasa hidup saya. Kalau banjir biasa sering teradi di Barus, tetapi tidak pernah separah ini. Kami berharap melalui peristiwa ini ada solusi yang terbaik antara pemerintah daerah, provinsi dan pusat untuk mencari tahu apa penyebab banjir ini,” katanya di Barus, Jumat siang.
Baca juga: TNI dan Brimob gotong royong bersihkan lumpur
Disebutkan Bupati, bahwa usulan pembangunan tanggul di Aek Sirahar sudah pernah disampaikannya ke pusat dan provinsi. Bahkan sewaktu ia menjabat Ketua DPRD Tapteng hal itu sudah diusulkannya, dan saat ini setelah menjabat Bupati, juga sudah diusulkan, tetapi belum mendapat tanggapan.
Ia berkeyakinan lewat musibah banjir tersebut, ada komitmen bersama untuk mencari solusi mengatasi banjir.
Baca juga: Berikut identitas korban meninggal akibat banjir di Tapanuli Tengah
“Kemarin saat pak Gubernur turun ke lokasi banjir, saya sudah sampaikan agar dibangun tanggul penahan banjir permanen sepanjang 2 KM di Aek Sirahar. Pasalnya banjir yang terjadi di Barus merupakan air kiriman dai hulu yaitu dari Kabupaten Humbang. Dan bapak Gubernur sendiri sudah melihatnya. Kita berharap melalui peristiwa ini hati bapak Gubernur terketuk untuk membangunnya. Dan jika anggaran itu harus dari pemerintah pusat, agar sama-sama kami perjuangkan,” harap Bupati.
Mantan Ketua DPRD Tapteng itupun berkeyakinan bahwa masyarakatnya akan cepat bangkit, serta perhatiannya membantu korban tidak akan surut. Bahkan ia sudah menggalang kebersamaan bersama putra-putri asal Barus yang ada diperantuan untuk saling membantu.
“Setiap musibah pasti ada hikmah. Habis terang pasti tiba gelap dan sebaliknya. Disaat gelap itu mari kita merenung dan disaat terang itu mari kita bangkit,” tandasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020