Antonio Rudiger, pemain belakang internasional Jerman yang menjadi sasaran nyanyian kera saat Chelsea menang dalam pertandingan Liga Premier atas Tottenham, mengatakan ia ingin pelakunya ditangkap dan dihukum.

Pemain berusia 26 tahun itu menjadi target sejumlah fans Tottenham setelah ia terlibat dalam bentrokan dengan Son Heung-min yang memicu kartu merah bagi bintang asal Korea Selatan tersebut.

Son menendang Rudiger setelah mereka bertubrukan dan bek tengah Jerman itu jatuh ke rumput memegangi perutnya.

Baca juga: Akibat headline "Jumat Hitam", koran di Italia dikecam

"Sungguh memalukan bahwa rasisme masih ada pada 2019. Kapan omong kosong ini akan berhenti?," cuit Rudiger.
"Saya sangat berharap para pelanggar akan ditemukan dan dihukum segera, dan di lapangan sepak bola yang modern seperti Stadion Tottenham Hotspur dengan lusinan TV dan kamera keamanan, seharusnya dimungkinkan menemukan dan kemudian menghukum mereka.
"Jika tidak, maka pasti ada saksi di stadion yang melihat dan mendengar insiden tersebut," katanya seperti dikutip AFP, Senin.

Baca juga: UEFA berharap Euro 2020 bebas rasisme

Dalam pesan terdiri atas empat bagian melalui Twitter, Rudiger, yang bergabung dengan Chelsea dari Roma di Italia pada 2017, menekankan bahwa masalah tersebut disembunyikan.

Akan tetapi, ia bersikeras rasisme yang ia alami dalam kemenangan timnya 2-0 atas rival mereka yang berasal dari London, hasil dari aksi minoritas.

"Saya tidak ingin melibatkan Tottenham sebagai klub secara keseluruhan ke dalam situasi ini karena saya tahu bahwa hanya beberapa orang idiot yang menjadi pelaku."
Namun, ia menambahkan: "Sungguh menyedihkan melihat rasisme lagi dalam pertandingan sepak bola, tapi saya kira sangat penting untuk membicarakannya secara publik.

"Jika tidak, akan kembali dilupakan dalam beberapa hari (seperti biasa)."


Pewarta: Fitri Supratiwi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019