Wakil Rektor (WR) III Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr. Rudianto, S.Sos, M.Si menekankan beberapa upaya untuk menghempang radikalisme di kalangan mahasiswa adalah dengan menghindari perilaku dan kebiasaan menyendiri dan memperkuat komunikasi. 

Hal itu, disampaikannya saat berbicara dalam Dialog Interaktif Menghempang Radikalisme di Sumatera Utara yang digelar FISIP UMSU dan DPP KNPI di aula UMSU, kampus Jl. Mukhtar Basri, Medan, Selasa (10/12). 

Jangan menyendiri dan menutup diri. Mahasiswa yang suka menyendiri akan gampang disusupi. Hindari itu, bergaullah, bersosialisasilah. 

"Lakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kemudian perkuat komunikasi, khususnya komunikasi lintas budaya sehingga pengetahuan bertambah, wawasan tentang banyak hal juga makin bagus,” papar pria yang juga Dosen Komunikasi ini. 

Rudianto, menekankan kepada mahasiswa agar lebih banyak bergaul secara kelompok dan berkegiatan positif di lingkungan kampus. 

Menurutnya, berbagai hal sepele yang membuat seseorang merasa sepi sehingga seolah ingin menyendiri itu menjadi sangat rentan untuk disusupi kelompok radikal yang bertujuan teror.

Pembicara lainnya dalam diskusi tersebut adalah Wakil Ketua DPP KNPI Sugiat Santoso, SE, MSP, dan Kasat Binmas Polresta Medan AKBP Rudi Hartono, SIK, MM. Dialog dimoderatori Dekan FISIP UMSU, Dr. Arifin Saleh, S.Sos, MSP.

Sedikitnya tiga ratusmahasiswa UMSUantusias mengikuti dialog publik yang digagas Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) melalui program KNPI Goes To Campus. UMSU menjadi kampus ke 7 digelarnya dialog radikalisasi. D

Sugiat Santoso dalam pemaparannya mengatakan, teror yang terjadi di Polrestabes Medan beberapa waktu lalu adalah signal dari kelompok tertentu yang ingin menyampaikan pesan ke dunia bahwa mereka masih eksis.

"Banyak yang mengira pasca kematian Abu Bakar Al Baghdadi, gerakan ISIS meredup. Tapi faktanya, mereka melakukan aksi dan menyampaikan signal melalui teror, dan hal itu harus di waspadai bersama," tegasnya.

Kasat Binmas Polresta Medan, AKBP Rudi Hartono, SIK, MM, menerangkan soal bagaimana gerakan teror itu bisa dengan mudah terpapar melalui jaringan online dan berbagai website jaringan teroris. 

"Jadi dalam bermedia sosial, mahasiswa juga harus memilah-milah website yang baik untuk dipelajari. Jangan coba-coba mencari-cari tahu soal kelompok teror, sebab jika sudah masuk ke jaringan tersebut, akan sangat rentan terpapar paham radikal," tegasnya.

Pewarta: Rel

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019