Minyak berjangka naik sekitar satu persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah isyarat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mungkin setuju untuk memperdalam pemangkasan produksi pada pertemuan minggu ini.

Harga minyak juga ditopang meningkatnya aktivitas manufaktur di China, yang menunjukkan permintaan minyak yang lebih kuat.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 0,43 dolar AS atau 0,7 persen menjadi ditutup di 60,92 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,79 dolar AS atau 1,4 persen menjadi 55,96 dolar AS per barel

Harga minyak mundur dari tertinggi sesi pada awal perdagangan karena Wall Street turun setelah data menunjukkan aktivitas pabrik AS menyusut pada November dan setelah Presiden AS Donald Trump secara tak terduga mengumumkan rencana untuk memberlakukan kembali tarif baja dan aluminium dari Argentina dan Brazil.

Trump "menuduh kedua negara tersebut memanipulasi mata uang mereka dengan merugikan petani AS, sekali lagi menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua masalah perdagangan," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA Eropa, dalam sebuah laporan.

OPEC dan produsen sekutu termasuk Rusia diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minggu ini dan dapat memangkas tambahan 400.000 barel per hari (bph) atau lebih, kata dua sumber. Para menteri OPEC akan bertemu di Wina pada Kamis dan kelompok OPEC+ yang lebih luas akan berkumpul pada Jumat.

"Ada diskusi tentang pemangkasan yang lebih dalam," kata sebuah sumber OPEC, mengutip prakiraan untuk "peningkatan stok besar di paruh pertama tahun ini - kita perlu mengawasi hal itu."

Kesepakatan kelompok OPEC+ untuk memangkas pasokan hingga 1,2 juta barel per hari dimulai pada Januari dan berakhir pada akhir Maret. Tidak pasti OPEC+ akan setuju untuk memperdalam pembatasannya. Beberapa di dalam grup bertindak hati-hati untuk mendukung harga yang akan mendorong lebih banyak produksi AS.

"Saudi tampaknya berniat mempertahankan pengurangan produksi yang masih ada sambil memperpanjang kesepakatan sampai pertengahan tahun depan," Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, mengatakan dalam sebuah laporan.

"Setiap tanda ketidakpuasan antara produsen akan mengirimkan sinyal negatif dan akan memberikan tekanan signifikan pada harga minyak," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM. "Kami percaya ini tidak mungkin terjadi."

Produksi AS pada September meningkat ke rekor 12.460.000 barel per hari, menurut laporan pemerintah padai Jumat (29/11/2019).

"Pemotongan yang lebih dalam dapat meningkatkan harga, yang akan menghasilkan lebih banyak produksi serpih dan tidak membantu," kata sumber OPEC.

Mendukung harga minyak adalah pengembalian yang tak terduga ke pertumbuhan dalam aktivitas pabrik China pada November karena permintaan domestik meningkat menyusul langkah-langkah stimulus Beijing yang dipercepat.

Baca juga: Emas lebih rendah karena investor mencerna data ekonomi China dan AS

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019