Penggunaan rokok elektronik atau Vape lebih aman dari rokok konvensional dinilai sebagai promosi tidak jujur oleh dokter paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Feni Fitriani Taufik.
"Promosi Vape itu tidak jujur, mengatakan kurang berbahaya, lebih aman dari rokok konvensional, itu bukan berarti aman 100 persen," kata Feni kepada Antara saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Feni menyebutkan beberapa ketidakjujuran yang dimaksud seperti isi kandungan Vape disebutkan tidak mengandung tar (zat kimia yang dihasilkan tembakau) karena rokok elektronik menggunakan cairan yang dicampur rasa.
Ia mengatakan, beberapa Vape juga ada yang mengandung nikotin, tidak semua hanya menggunakan perasa buah-buahan.
"Vape itu juga macam-macam isi kandungannya, ada yang pakai nikotin, bahkan banyak penelitian juga yang mengatakan produsen Vape mencantumkan kadar nikotin berbeda dengan isi yang sebenarnya," kata Feni.
Ia mengatakan, memang saat ini sudah ada produk Vape yang tidak mengandung nikotin tetapi cara pengoperasian Vape yakni menggunakan uap yang dibakar secara elektrik juga tidak aman bagi kesehatan.
Uap tersebut diberi perasa yang sebenarnya diperuntukkan buat makanan. Uap Vape yang dipanaskan menggunakan logam berat juga tidak aman.
"Perasa yang diuapkan ini dapat mengiritasi saluran pernafasan. Apapun tubuh kita ini kalau diiritasi terus menerus akan berpengaruh," katanya.
Baca juga: Dinilai mengandung zat berbahaya, BPOM tegaskan tidak ada izin edar rokok elektronik
Fani mengatakan, ada penelitian di luar yang menyebutkan kandungan bahan berbahaya Vape lebih tinggi dari rokok konvensional karena ada bahan karsinogenik penyebab kanker.
Beberapa penelitian di luar negeri menyebutkan pada urine pengguna rokok elektronik ditemukan bahan karsinogenik kanker kantung kemih.
"Artinya walaupun kandungannya rendah belum tentu aman, kalau dipakai terus menerus emang yakin tubuh kita bisa menahan uang yang masuk itu," kata Feni yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Feni yang melakukan penelitian tentang kandungan Vape, beberapa kajiannya mendapati cairan rokok elektronik mengandung nikotin yang dapat menimbulkan kecanduan, bahan penyebab kanker (karsinogen) seperti propylene glycol, gliserol, formaldehid, nitrosamine, serta bahan beracun lain seperti logam berat, silikat, dan nanopartikel.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Promosi Vape itu tidak jujur, mengatakan kurang berbahaya, lebih aman dari rokok konvensional, itu bukan berarti aman 100 persen," kata Feni kepada Antara saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Feni menyebutkan beberapa ketidakjujuran yang dimaksud seperti isi kandungan Vape disebutkan tidak mengandung tar (zat kimia yang dihasilkan tembakau) karena rokok elektronik menggunakan cairan yang dicampur rasa.
Ia mengatakan, beberapa Vape juga ada yang mengandung nikotin, tidak semua hanya menggunakan perasa buah-buahan.
"Vape itu juga macam-macam isi kandungannya, ada yang pakai nikotin, bahkan banyak penelitian juga yang mengatakan produsen Vape mencantumkan kadar nikotin berbeda dengan isi yang sebenarnya," kata Feni.
Ia mengatakan, memang saat ini sudah ada produk Vape yang tidak mengandung nikotin tetapi cara pengoperasian Vape yakni menggunakan uap yang dibakar secara elektrik juga tidak aman bagi kesehatan.
Uap tersebut diberi perasa yang sebenarnya diperuntukkan buat makanan. Uap Vape yang dipanaskan menggunakan logam berat juga tidak aman.
"Perasa yang diuapkan ini dapat mengiritasi saluran pernafasan. Apapun tubuh kita ini kalau diiritasi terus menerus akan berpengaruh," katanya.
Baca juga: Dinilai mengandung zat berbahaya, BPOM tegaskan tidak ada izin edar rokok elektronik
Fani mengatakan, ada penelitian di luar yang menyebutkan kandungan bahan berbahaya Vape lebih tinggi dari rokok konvensional karena ada bahan karsinogenik penyebab kanker.
Beberapa penelitian di luar negeri menyebutkan pada urine pengguna rokok elektronik ditemukan bahan karsinogenik kanker kantung kemih.
"Artinya walaupun kandungannya rendah belum tentu aman, kalau dipakai terus menerus emang yakin tubuh kita bisa menahan uang yang masuk itu," kata Feni yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Feni yang melakukan penelitian tentang kandungan Vape, beberapa kajiannya mendapati cairan rokok elektronik mengandung nikotin yang dapat menimbulkan kecanduan, bahan penyebab kanker (karsinogen) seperti propylene glycol, gliserol, formaldehid, nitrosamine, serta bahan beracun lain seperti logam berat, silikat, dan nanopartikel.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019