Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,2 persen pada perdagangan pasar spot Rabu menjadi Rp13.975 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan Selasa (16/7) yang sebesar Rp13.935 per dolar AS.
Sentimen utama yang membayangi pergerakan mata uang rupiah adalah ekspektasi tinggi pasar bahwa Bank Indonesia kemungkinan menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate" ke 5,75 persen dari posisi saat ini di enam persen, atau pelonggaran kebijakan suku bunga yang pertama kali dilakukan sejak November 2018.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Rabu, mengatakan jika Bank Sentral benar-benar memangkas bunga acuan pada hari terakhir Rapat Dewan Gubernur BI Kamis (18/7) esok, maka kurs rupiah bisa saja terjerembab lebih dalam melewati level Rp14.000 per dolar AS.
"Mungkin bisa mengarah ke Rp14.100," kata Ariston.
Saat pembukaan perdagangan Rabu ini, rupiah sudah melemah 0,03 persen atau lima poin di pasar spot pada Rabu pagi menjadi Rp13.940 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan Selasa (16/7) yang sebesar Rp13.935 per dolar AS.
Senada, Bank Indonesia juga mematok kurs tengah hari di level Rp13.949 per dolar AS, melemah 24 poin atau 0,17 persen dari posisi Rp13.925 pada Selasa (16/7).
Kurs jual ditetapkan di Rp14.019 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.879 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp140.
Sebagai informasi, jika BI memangkas suku bunga acuan, maka selisih atau perbedaan imbal hasil/bunga (differential interest rate) instrumen keuangan di Indonesia dan negara-negara maju serta negara sepadan (peers) akan mengecil dan semakin tipis. Dengan perbedaan tipis margin suku bunga yang didapat, investor tentu akan memilih instrumen yang paling minim risiko. Maka dari itu terdapat kekhawatiran akan terjadi pembalikkan arus modal ke negara-negara maju.
Berdasarkan survei dari lembaga Reuters, seperti dipaparkan Ariston, para analis menunjukkan kecenderungan bahwa otoritas moneter Indonesia akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada Kamis (18/7), atau pelonggaran yang pertama kali sejak November 2018.
Jika Bank Sentral benar-benar memotong suku bunga acuannya, maka hal itu menandakan perubahan sikap kebijakan moneter, pasca-kenaikan suku bunga yang agresif pada 2018 dengan dosis hingga 175 basis poin menjadi enam persen.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat penyebab terkoreksinya pergerakan rupiah pada Rabu ini memang karena sikap investor yang masih menunggu arah kebijakan BI atau "wait and see".
"Secara proyeksi dari analisa teknikal, jika BI memangkas suku bunga acuannya, kurs rupiah Jumat diproyeksikan akan terkoreksi," ujar Nafan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019