Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengharapkan provinsi tersebut menjadi produsen terbesar kopi di Indonesia mengingat potensi yang dimiliki daerah itu.
"Hal itu sangat memungkinkan mengingat posisi Sumut saat ini sebagai produsen terbesar ke empat nasional dan didukung perkebunan kopi yang luas," katanya di Berastagi, Selasa.
Hal itu diungkapkan Wagub Musa Rajekshah ketika menghadiri acara kelulusan para petani kopi binaan International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC) yang telah mengikuti program Coffee Export Development.
"Hari ini Sumatera Utara menjadi produsen terbesar ke empat dari seluruh Indonesia, tahun 2022 diharapkan bisa menjadi ke dua, bahkan bisa menjadi produsen pertama untuk penyuplai kopi, apalagi Sumut punya delapan wilayah penghasil kopi," katanya.
Delapan kabupaten/kota penghasil kopi tersebut adalah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailing Natal (Madina), Simalungun, Dairi, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), dan Humbang Hasundutan (Humbahas).
Berdasarkan data BPS, produksi kopi Sumut pada tahun 2018 tercatat 72.379 ton, yang terdiri atas kopi Arabika Spesialty 63.425 ton dan produksi Robusta 8.954 ton. Luas areal tanaman Kopi Arabika Spesialty 71.955 hektare dan kopi Robusta 19.416 hektare.
Sumut juga mengekspor kopi melalui Pelabuhan Belawan sebanyak 64.810 ton dengan nilai US$ 325.450.515.
Ia juga mengutarakan rasa terima kasih kepada ITFC yang telah memberikan pelatihan kepada para petani di Kabupaten Karo dan Dairi.
"Terima kasih buat ITFC sudah hadir di Sumut memberikan pelatihan kepada petani dan para eksportir, serta memberikan pinjaman lunak tanpa agunan bagi para petani. Semoga ini menjadi edukasi yang baik untuk para petani kita, juga agar ke depannya ekspor kopi dari Sumut terus meningkat," ujarnya.
Kepada para petani kopi yang hadir, Musa Rajekshah menyampaikan, saat ini Pemprov Sumut tengah serius membangun desa menata kota. Meningkatkan kesejahteraan para petani di daerah ini.
"Semangat kami adalah bagaimana ini bisa menjadikan Sumut yang bermartabat, membangkitkan ekonomi dengan membangun desa menata kota. Saya selalu sampaikan kami berkomitmen menginginkan bapak ibu petani harus menjadi orang kaya, jangan petani pas-pasan, pas begitu panen baru ada duit,"katanya.
Sementara itu, Korporasi Pembiayaan Perdagangan Islam Internasional (International Islamic Trade Finance Corporation – ITFC), yang merupakan lembaga keuangan internasional, telah menyetujui untuk menyediakan pembiayaan sebesar US$ 30 juta untuk eksportir kopi di Sumut.
Dengan fasilitas pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah, ITFC membantu para eksportir kopi di Sumut untuk dapat melakukan pembayaran kepada para petani dan koperasi, setiap kopi yang mereka beli di hari yang sama.
Hal ini juga membantu para petani dan koperasi untuk modal kerja mereka.
"Program Pengembangan Ekspor Kopi ITFC di Sumut dimulai pada tahun 2018, ada 349 petani kopi di Karo dan Kabupaten Dairi, Sumut telah mendapatkan manfaat dari kegiatan peningkatan kapasitas yang telah diberikan. Pelatihan-pelatihan ini telah meningkatkan kapasitas para petani kopi dalam pertanian organik dan praktek-praktek pertanian yang baik," ujar CEO ITFC Hani Salem Sonbol.
Dalam kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan pinjaman US$ 6 juta untuk tiga eksportir asal Sumut, yakni Rami Ahmed (Boemi Coffee), Sadarsah (Arvis Sanadah Sanni) dan Iradha Hasnar (Ujang Jaya Internasional).
"Ini hanya program awal saja, kita sudah punya program untuk tiga tahun ke depan untuk mengembangkan di beberapa daerah, ini adalah pilot project sehingga bisa mengukur efektivitas program ini. Semoga para eksportir termotivasi untuk ingin meningkatkan produktivitasnya,"katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Hal itu sangat memungkinkan mengingat posisi Sumut saat ini sebagai produsen terbesar ke empat nasional dan didukung perkebunan kopi yang luas," katanya di Berastagi, Selasa.
Hal itu diungkapkan Wagub Musa Rajekshah ketika menghadiri acara kelulusan para petani kopi binaan International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC) yang telah mengikuti program Coffee Export Development.
"Hari ini Sumatera Utara menjadi produsen terbesar ke empat dari seluruh Indonesia, tahun 2022 diharapkan bisa menjadi ke dua, bahkan bisa menjadi produsen pertama untuk penyuplai kopi, apalagi Sumut punya delapan wilayah penghasil kopi," katanya.
Delapan kabupaten/kota penghasil kopi tersebut adalah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailing Natal (Madina), Simalungun, Dairi, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), dan Humbang Hasundutan (Humbahas).
Berdasarkan data BPS, produksi kopi Sumut pada tahun 2018 tercatat 72.379 ton, yang terdiri atas kopi Arabika Spesialty 63.425 ton dan produksi Robusta 8.954 ton. Luas areal tanaman Kopi Arabika Spesialty 71.955 hektare dan kopi Robusta 19.416 hektare.
Sumut juga mengekspor kopi melalui Pelabuhan Belawan sebanyak 64.810 ton dengan nilai US$ 325.450.515.
Ia juga mengutarakan rasa terima kasih kepada ITFC yang telah memberikan pelatihan kepada para petani di Kabupaten Karo dan Dairi.
"Terima kasih buat ITFC sudah hadir di Sumut memberikan pelatihan kepada petani dan para eksportir, serta memberikan pinjaman lunak tanpa agunan bagi para petani. Semoga ini menjadi edukasi yang baik untuk para petani kita, juga agar ke depannya ekspor kopi dari Sumut terus meningkat," ujarnya.
Kepada para petani kopi yang hadir, Musa Rajekshah menyampaikan, saat ini Pemprov Sumut tengah serius membangun desa menata kota. Meningkatkan kesejahteraan para petani di daerah ini.
"Semangat kami adalah bagaimana ini bisa menjadikan Sumut yang bermartabat, membangkitkan ekonomi dengan membangun desa menata kota. Saya selalu sampaikan kami berkomitmen menginginkan bapak ibu petani harus menjadi orang kaya, jangan petani pas-pasan, pas begitu panen baru ada duit,"katanya.
Sementara itu, Korporasi Pembiayaan Perdagangan Islam Internasional (International Islamic Trade Finance Corporation – ITFC), yang merupakan lembaga keuangan internasional, telah menyetujui untuk menyediakan pembiayaan sebesar US$ 30 juta untuk eksportir kopi di Sumut.
Dengan fasilitas pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah, ITFC membantu para eksportir kopi di Sumut untuk dapat melakukan pembayaran kepada para petani dan koperasi, setiap kopi yang mereka beli di hari yang sama.
Hal ini juga membantu para petani dan koperasi untuk modal kerja mereka.
"Program Pengembangan Ekspor Kopi ITFC di Sumut dimulai pada tahun 2018, ada 349 petani kopi di Karo dan Kabupaten Dairi, Sumut telah mendapatkan manfaat dari kegiatan peningkatan kapasitas yang telah diberikan. Pelatihan-pelatihan ini telah meningkatkan kapasitas para petani kopi dalam pertanian organik dan praktek-praktek pertanian yang baik," ujar CEO ITFC Hani Salem Sonbol.
Dalam kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan pinjaman US$ 6 juta untuk tiga eksportir asal Sumut, yakni Rami Ahmed (Boemi Coffee), Sadarsah (Arvis Sanadah Sanni) dan Iradha Hasnar (Ujang Jaya Internasional).
"Ini hanya program awal saja, kita sudah punya program untuk tiga tahun ke depan untuk mengembangkan di beberapa daerah, ini adalah pilot project sehingga bisa mengukur efektivitas program ini. Semoga para eksportir termotivasi untuk ingin meningkatkan produktivitasnya,"katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019