Perhatian Bank Indonesia untuk membina kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) layak untuk dipuji. Beragam kelompok usaha kecil dan menengah yang dibina Bank Indonesia mampu mandiri bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaaan.

Hal itulah yang ingin diterapkan Bank Indonesia Sibolga kepada kelompok Sanggar Tenun Ulos Harungguan yang berada di Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Dimana sejak tahun lalu, Kantor Perwakilan BI Sibolga telah membentuk dan membina kelompok tenun ini. Dan tahun ini diberikan pelatihan dengan mendatangkan desanier ternama Wignyo Rahadi dari Tenun Gaya Jakarta.

“Kita memilih Muara menjadi kampung tenun ulos sebagai bentuk pendekatan bidang pariwisata. Karena kawasan Muara ini menjadi destinasi wisata dengan pengembangan Pulau Sibandang oleh badan otorita danau toba (BODT). Dan barang tentu, produk unggulan dari daerah ini harus dikembangkan agar terjadi sinerginitas dengan keindahan alam Muara. Dari hasil pengembangan dan penelitian yang dilakukan BI, bahwa ulos Batak Harungguan yang cukup terkenal itu berasal dari Muara, dan ditenun di Muara ini. Itulah alasan kenapa Muara dijadikan BI Sibolga sebagai klaster pengembangan ulos,” terang Arif Wahyu Hidayat selaku Asisten Manajer Unit Pengembangan BI Sibolga kepada wartawan, Minggu (26/5).

Disebutkan Arif, pelatihan yang diberikan desainer Wignyo Rahadi dari Tenun Gaya Jakarta kepada kelompok tenun ulos Harungguan Muara adalah, peningkatan mutu kain tenun gadogan. Pelatihan ini dilangsungkan mulai dari tanggal 25-28 Mei 2019 di Sanggar tenun ulos Harungguan Desa Hutanagodang, Muara.

Sementara itu menurut Wignyo Rahadi yang merupakan desainer busana Presiden SBY menjelaskan, bahwa metode yang akan diberikan kepada penenun adalah, peningkatan mutu warga kain tenun. Dimana hasil tenun gadongan (tenun tradisional) cukup banyak peminatnya, namun terkendala dipewarnaan dan juga motif.

“Kalau selama ini kain tenun ulos Batak lebih dominan tiga warna, yaitu, merah, putih dan hitam. Melalui pelatihan ini kita akan ciptakan beragam warna tanpa meninggalkan warna khas ulos Batak itu. Kami sudah membawa alatnya dan akan dibagikan kepada para ibu penenun yang ada di Sanggar ini agar bisa menentukan warna tenunannya sendiri,” kata Wignyo.

Masih menurut Desainer yang berhasil mengangkat motif tenun Pringgasela dari NTB di Tokyo baru-baru ini, penentuan motif dan warna serta hasil akhir (finishing) tenun harus dimaksimalkan sehingga rapi dan lembut. Dengan demikian akan mudah nanti dibentuk desainnya karena hasil finishignya sudah bagus dan tidak keras lagi seperti selama ini.

“Saya yakin, kalau inang (ibu-ibu) penenun yang ada di Sanggar Harungguan ini serius, pasti berhasil. Karena bukan satu dua lagi kelompok tenun binaan BI yang bekerjasama dengan kami mampu berhasil dan sukses.

Jadi hasil tenun ulos dari Muara ini akan kita desain seindah mungkin sesuai dengan permintaan pasar. Bahkan kain tenun ini akan menjadi pakaian yang ready to wear atau busana jadi,” tandasnya.
Kepala Desa Hutanagodang Kecamatan Muara Gokma Siregar, menjelaskan secara singkat arti kata Harungguan, yaitu perkumpulan. Jadi kalau disimpulkan arti ulos Harungguan adalah, kumpulan dari berbagai corak ulos orang Batak.

“Jadi ulos Batak Harungguan ini adalah rajanya segala ulos! Dan asal muasal ulos ini serta tempat penenunannya di Muara. Untuk itulah kami atas nama masyarakat dan aparat desa Muara mengucapkan banyak terima kasih kepada BI Sibolga yang sudah memberikan perhatian dan pelatihan kepada kami. Kami berharap, BI Sibolga terus mendampingi kami sampai kelak Sanggar Harungguan ini menjadi sumber penghasilan dan mampu mencitpakan lapangan kerja,” harap Gokma.

Amatan ANTARA di lokasi, para kaum ibu tampak serius mengikuti pelatihan yang disampaikan oleh Wignyo Rahadi bersama rekannya.

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019