Ratusan warga Kelurahan Sigulang-gulang, Kota Pematangsiantar didominasi kaum ibu belajar membatik yang digelar di Jalan Bah Binonom, Parluasan, Sabtu (30/3).

Mereka, terutama etnis Batak cukup kesulitan menggunakan canting bertinta cairan lilin mengikuti pola di atas selembar potongan kain putih.

"Lebih sulit dari membuat ulos," kata Dornauli br Sibuea (48), yang sehariannya mengisi waktu luang membuat kain khas etnik Batak.

Begitupun dia mengaku  senang memperoleh ilmu dan pengalaman membatik dengan gratis.

Baca juga: Imigrasi bentuk tim pengawasan orang asing di Pematangsiantar

Penggagas kegiatan, Mayjen Purn TNI Sumiharjo Pakpahan mengaku terpanggil untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi warga kampung halamannya, khususnya pemberdayaan ekonomi keluarga.

Dia melihat, seni dan kain Batik yang telah mendunia, memiliki nilai ekonomi tinggi dan perlu dikembangkan di Kota Pematangsiantar.

Konon, satu pakaian Batik tulis bisa bernilai ratusan juta rupiah dan bahan baku pewarna yang berasal dari satu jenis tanaman, Indigovera jenis kacang-kacangan, harga menjanjikan.

Satu tanaman bisa menghasilkan lima kilogram, dan setiap kilogram harganya saat ini Rp 40.000.

Selain itu, usai mengabdi di dinas satuan TNI, dia ingin menjalin kebersamaan dengan masyarakat, terkhusus di tempat tumbuh dan berkembang sewaktu kecil.

"Kita sebut 'komunikasi membatik'' jadi jangan segan-segan kalau bertemu mengucapkan salam batik," katanya.
 

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019