Batubara (Antaranews Sumut) - Petani di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, diminta menanam palawija sehubungan memasuki musim kemarau yang mengakibatkan areal persawahan mengalami kekeringan.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Batu Bara, Selamat Arifin, di Lima Puluh, Selasa, mengatakan, pihaknya meminta petani tidak menggantungkan pada tanaman padi saja, tetapi bisa dikembangkan dengan budi daya palawija.
Hal itu mengingat saat ini kebanyakan petani menggeluti bidang usaha penanaman pangan sehingga produksi palawija seperti jagung, umbi-umbian, singkong dan kacang-kacangan, relatif rendah.
"Kami ajak petani menanam palawija apalagi kita akan memasuki musim kemarau yang tentunya sedikit banyak akan berdampak pada areal persawahan mengalami kekeringan," katanya.
Saat ini produksi palawija masih didatangkan dari luar daerah, seperti jagung, kedelai maupun sayur-sayuran, untuk itu petani agar dapat mengubah pola tanam dari padi ke tanaman palawija.
Sebab permintaan pasar cukup tinggi sebagai bahan makanan olahan di antaranya kedelai untuk bahan produksi tahu tempe.
"Selama ini tanaman palawija sangat tahan di lahan kering dan tidak membutuhkan pasokan air dan berbeda dengan tanaman padi yang membutuhkan air banyak. Oleh sebab itu, tanaman palawija sangat cocok ketika memasuki musim kemarau," katanya.
Ia mengatakan, Unit pelaksana teknis (UPT) kecamatan dan petugas penyuluh pertanian juga diharapkan mengembangkan tanaman palawija guna meningkatkan ekonomi petani, mengingat selama ini pengembangan tanaman palawija masih terbatas, padahal permintaan pasar cukup tinggi.
Potensi budidaya palawija sangat menjanjikan untuk peningkatan ekonomi juga ketahanan pangan.
"Kami mendorong petani agar bisa melirik pengembangan budidaya tanaman palawija sebab permintaan Pasar sangat positif. Sejauh ini, petani didaerah kita kurang berminat membudidayakan tanaman palawija karena biaya produksinya cukup tinggi, sehingga mereka malas untuk menggeluti bidang tanaman itu," katanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Batu Bara, Selamat Arifin, di Lima Puluh, Selasa, mengatakan, pihaknya meminta petani tidak menggantungkan pada tanaman padi saja, tetapi bisa dikembangkan dengan budi daya palawija.
Hal itu mengingat saat ini kebanyakan petani menggeluti bidang usaha penanaman pangan sehingga produksi palawija seperti jagung, umbi-umbian, singkong dan kacang-kacangan, relatif rendah.
"Kami ajak petani menanam palawija apalagi kita akan memasuki musim kemarau yang tentunya sedikit banyak akan berdampak pada areal persawahan mengalami kekeringan," katanya.
Saat ini produksi palawija masih didatangkan dari luar daerah, seperti jagung, kedelai maupun sayur-sayuran, untuk itu petani agar dapat mengubah pola tanam dari padi ke tanaman palawija.
Sebab permintaan pasar cukup tinggi sebagai bahan makanan olahan di antaranya kedelai untuk bahan produksi tahu tempe.
"Selama ini tanaman palawija sangat tahan di lahan kering dan tidak membutuhkan pasokan air dan berbeda dengan tanaman padi yang membutuhkan air banyak. Oleh sebab itu, tanaman palawija sangat cocok ketika memasuki musim kemarau," katanya.
Ia mengatakan, Unit pelaksana teknis (UPT) kecamatan dan petugas penyuluh pertanian juga diharapkan mengembangkan tanaman palawija guna meningkatkan ekonomi petani, mengingat selama ini pengembangan tanaman palawija masih terbatas, padahal permintaan pasar cukup tinggi.
Potensi budidaya palawija sangat menjanjikan untuk peningkatan ekonomi juga ketahanan pangan.
"Kami mendorong petani agar bisa melirik pengembangan budidaya tanaman palawija sebab permintaan Pasar sangat positif. Sejauh ini, petani didaerah kita kurang berminat membudidayakan tanaman palawija karena biaya produksinya cukup tinggi, sehingga mereka malas untuk menggeluti bidang tanaman itu," katanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019