Medan (Antaranews Sumut) - Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Sumatera Utara meminta agar harga tiiket penerbangan dari dan ke Medan/Bandara Kualanamu diturunkan karena mahalnya ongkos pesawat mengancam bisnis hotel dan restoran.
    
"Harga tiket penerbangan yang mahal akan sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan yang pada akhirnya menurunkan hunian hotel dan kunjungan ke restoran,"  ujar Ketua PHRI Sumut, Denny S Wardhana di Medan, Senin.

Padahal, katanya, sejak kedatangan wisatawan asing menurun, kunjungan wisatawan domestik yang sangat membantu bertahan hidupnya bisnis hotel dan restoran.

"Kalau akhirnya wisatawan domestik lebih kembali memilih berlibur atau membuat acara ke luar negeri yang harga tiketnya lebih murah, maka kunjungan wisatawan di dalam negeri anjlok dan bisnis hotel dan restoran kembali meredup," katanya.

Tiket penerbangan domestik yang mahal itu juga diyakini lambat laun akan menggangu kinerja perusahaan penerbangan.

Denny juga menilai kebijakan maskapai nasional yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) juga tidak fair.

"INACA sudah menurunkan tarif tiket penerbangan sejak Jumat 11 Januari 2019, tetapi masih ke beberapa rute penerbangan seperti Jakarta - Denpasar, Jakarta -Jogjakarta, Jakarta - Surabaya, dan Bandung - Denpasar," katanya.

Sementara dari dan ke Medan/Bandara Kualanamu belum ada kebijakannnya.Akibat mahalnya harga tiket Medan - Jakarta - Medan misalnya, warga Medan memilih menggunakan penerbangan yang transit di Kuala Lumpur, Malaysia.

Penerbangan dari Bandara Kualanamu - Kuala Lumpur, Malaysia - Jakarta naik Air Asia hanya sekitar Rp1,2 juta. Sedangkan dari Bandara Kualanamu - Jakarta naik Batik Air maupun  City Link sekitar Rp2 juta.

"Selisihnya ada sekitar Rp800.000 dan itu sangat besar bagi masyarakat," katanya.

Langkah warga itu yang membeli tiket transit di Kuala Lumpur itu juga menguntungkan Malaysia, dan sebaliknya Indonesia.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019