Aekkanopan (Antaranews Sumut) – Indonesia berada di peringkat dua Negara pengidap tuberculosis (TBC) di dunia. Padahal menyakit yang terkadang dianggap sebagai penyakit keturunan dan akibat guna-guna tersebut merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.

Hal itu dikatakan dr Sugeng Hartono MKed (Paru) SpP pada Sosialisasi TB Paru “TBC antara Mitos dan Fakta” yang terselenggara atas kerjasama RSUD Aekkanopan dengan BKM Al Aman Aekkanopan, Jumat.

Dijelaskannya, banyak mitos di tengah masyarakat terkait TBS, seperti akibat guna-guna dan tidak dapat diobati. Sehingga penderita TBC sering berobat ke dukun, merasa malu dan tidak mau berobat.

“TBC dapat diobati. Memang penanganannya paling cepat enam bulan dan tidak boleh terputus. Jika sebelum dinyatakan sembuh, maka penyakitnya semakin sulit diobati,” ujar suami dari seorang dokter anak itu.

Factor yang memengaruhi berkembangnya penyakit yang disebabkan kumanmicrobaterium tuberculosis itu adalah jumlah bakteri, virulensi (kekuatan bakteri) dan daya tahan tubuh.

Gejala sistemik penderita TB baru adalah batuk lebih dari tiga pekan hingga mengeluarkan darah, demam yang tidak terlalut tinggi, nafsu makan menurun dan perasaan badan tidak enak (lemas). “Justru karena hal itulah, masyarakat menganggap penyakitnya biasa aja,” jelasnya.

Jika penanganannya cepat dilaksanakan, maka TBC tersebut dapat disembuhkan. Sebaliknya, jika dibiarkan, penyakit itu bisa merambah hingga ke paru-paru, usus, tulang, otak dan system syaraf serta kelenjar getah bening.

Acara yang diselenggarakan usai sholat Jumat itu dihadiri sejumlah masyarakat seperti Ketua BKM Al Aman HM Ifdarsyam Ritonga Lc MHI, Ketua PKS Labura H Panji Pandu Siregar Lc dan yang lainny.

Kegiatan yang berlangsung sederhana dan diisi dengan tanya jawab tersebut dipandu Agussalim Sagala.

Pewarta: Sukardi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018