Medan (Antaranews Sumut)-Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) menggelar seminar bertajuk 'Perempuan Sumut menuju Senayan', Jumat (2/11). Kegiatan ini bertujuan untuk mencari akar permasalahan agar semakin banyak perempuan yang bisa menembus duduk di legislatif.
Acara ini menghadirkan narasumber masing-masing Prof Darmayanti Lubis (Wakil ketua DPD RI), anggota DPR RI, Meutya Hafidz, calon legislatif DPR RI, Sutiasa Handayani serta Ketua FJPI, Ramdeswati Pohan.
Prof Darmayanti Lubis menyebutkan selama ini masih banyak kebijakan pemerintah yang belum diimplementasikan secara penuh, berkeadilan dan serius. Bahkan permasalahan perempuan terus berkelanjutan.
Karenanya, dia pun mengapresiasi diskusi yang digelar FJPI dengan menghadirkan dua caleg dan juga mengundang berbagai organisasi
sebagai upaya memberikan pendidikan dan pembelajaran politik bagi masyarakat .
"Jadi kita mencari akar masalah apa, bagaimana kebijakan yang tidak sensitif pada perempuan kemudahan berharap ada teman teman yang duduk di Senayan. Jadi kita berharap lebih banyak perempuan yang tembus ke Senayan,"ujar Darmayanti yang juga calon DPD RI ini.
Selain itu sambungnya melalui diskusi publik ini, diharap organisasi perempuan dapat mengedukasi masyarakat tentang penting keterwakilan perempuan di legislatif. Dengan melihat potensi caleg yang akan dipilih.
Hal ini penting sambungnya, karena permasalahan perempuan itu, cukup kompleks dan banyak. Sehingga melalui keterampilan perempuan di Senayan bisa diperjuangkan dalam regulasi.
Sementara Meutya Hafidz yang juga merupakan caleg dari Partai Golkar ini menyebutkan keterwakilan perempuan di parlemen pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan priode sebelumnya. Dari 18,02% menjadi 17,32%.
Penurunan ini juga terjadi di legislatif provinsi dari 16,4% menjadi 15,8%. Demikian halnya dengan keterwakilan perempuan juga dari 28,8% menjadi 25,8%.
Partisipasi pemilih perempuan pada pilkada serentak 2015 lebih tinggi 4% dari pemilih laki laki.Hal ini menunjukkan tingginya partisipasi perempuan untuk turut andil dalam perubahan.
Meutya juga menyebutkan sejumlah masalah perempuan saat berpolitik, selain kondisi ekonomi, kurangnya percaya diri serta nilai tradisional yang berlaku dibeberapa masyarakat menjadi penghambat.
Padahal peranan perempuan sangat penting dalam politik untuk melihat segala permasalahan melalui perspektif gender yang berimbang dinana setiap orang dilihat dan di dengar, termasuk dalam penyusunan regulasi.
Sedangkan narasumber lainnya, Sutiasa Handayani, menyebutnya untuk pemilihan legislatif priode ini, cukup sulit. Namun begitu, masyarakat perlu untuk diedukasi dalam memberikan hak suaranya pada pilihan yang tepat.
"Kita punya kewajiban sosial untuk mengedukasi masyarakat. Karena penggunaan hak suara itu akan menentukan masa depan perempuan lima tahun kedepan," ujar caleg dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Acara ini menghadirkan narasumber masing-masing Prof Darmayanti Lubis (Wakil ketua DPD RI), anggota DPR RI, Meutya Hafidz, calon legislatif DPR RI, Sutiasa Handayani serta Ketua FJPI, Ramdeswati Pohan.
Prof Darmayanti Lubis menyebutkan selama ini masih banyak kebijakan pemerintah yang belum diimplementasikan secara penuh, berkeadilan dan serius. Bahkan permasalahan perempuan terus berkelanjutan.
Karenanya, dia pun mengapresiasi diskusi yang digelar FJPI dengan menghadirkan dua caleg dan juga mengundang berbagai organisasi
sebagai upaya memberikan pendidikan dan pembelajaran politik bagi masyarakat .
"Jadi kita mencari akar masalah apa, bagaimana kebijakan yang tidak sensitif pada perempuan kemudahan berharap ada teman teman yang duduk di Senayan. Jadi kita berharap lebih banyak perempuan yang tembus ke Senayan,"ujar Darmayanti yang juga calon DPD RI ini.
Selain itu sambungnya melalui diskusi publik ini, diharap organisasi perempuan dapat mengedukasi masyarakat tentang penting keterwakilan perempuan di legislatif. Dengan melihat potensi caleg yang akan dipilih.
Hal ini penting sambungnya, karena permasalahan perempuan itu, cukup kompleks dan banyak. Sehingga melalui keterampilan perempuan di Senayan bisa diperjuangkan dalam regulasi.
Sementara Meutya Hafidz yang juga merupakan caleg dari Partai Golkar ini menyebutkan keterwakilan perempuan di parlemen pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan priode sebelumnya. Dari 18,02% menjadi 17,32%.
Penurunan ini juga terjadi di legislatif provinsi dari 16,4% menjadi 15,8%. Demikian halnya dengan keterwakilan perempuan juga dari 28,8% menjadi 25,8%.
Partisipasi pemilih perempuan pada pilkada serentak 2015 lebih tinggi 4% dari pemilih laki laki.Hal ini menunjukkan tingginya partisipasi perempuan untuk turut andil dalam perubahan.
Meutya juga menyebutkan sejumlah masalah perempuan saat berpolitik, selain kondisi ekonomi, kurangnya percaya diri serta nilai tradisional yang berlaku dibeberapa masyarakat menjadi penghambat.
Padahal peranan perempuan sangat penting dalam politik untuk melihat segala permasalahan melalui perspektif gender yang berimbang dinana setiap orang dilihat dan di dengar, termasuk dalam penyusunan regulasi.
Sedangkan narasumber lainnya, Sutiasa Handayani, menyebutnya untuk pemilihan legislatif priode ini, cukup sulit. Namun begitu, masyarakat perlu untuk diedukasi dalam memberikan hak suaranya pada pilihan yang tepat.
"Kita punya kewajiban sosial untuk mengedukasi masyarakat. Karena penggunaan hak suara itu akan menentukan masa depan perempuan lima tahun kedepan," ujar caleg dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018