Medan (Antaranews Sumut) - Pabrik karet remah atau crumb rubber di Sumatera Utara terancam tutup akibat produksi karet rakyat terus turun.

"Produksi karet rakyat terus turun, sementara 92 persen kebutuhan dari 30 pabrik crumb rubber di Sumut mengandalkan karet rakyat,"ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.

Dengan kondisi yang terus sulit mendapatkan bahan baku,  maka pabrik crumb rubber terancam tidak bisa beroperasi atau tutup.

Menurut dia, penurunan produksi karet dalam lima tahun terakhir merupakan dampak turunnya harga yang juga sudah berlangsung lama.

Akibat harga jual karet turun, petani tidak melakukan penderesan atau mengabaikan tanamannya dan beralih profesi seperti jadi kuli bangunan.

Bahkan karena dianggap tidak menjanjikan, ujar Edy, petani melakukan penebangan  pohon karet dan menggantinya ke tanaman lain seperti sawit dan ubi.
 
Mengutip pernyataan petani karet, Edy menyebutkan petani karet  berkeinginan mendapatkan minimal dari penjualan per harinya sebesar Rp50.000.

"Terancam tutupnya panrik karet di Sumut juga semakin dipicu sulitnya juga pasokan bokar (bahan olah karet) rakyat dari daerah pengjhasil lainnya,"katanya.

Tahun 2017,ujar Edy, pasokan bokar dari daerah lain masih bisa berkontribusi besar ke Sumut.

"Namun di 2018, pasokan dari daerah lain semakin sedikit karena produksi juga turun,"katanya.

Akibatnya, pabrikan karet di Sumut  yang biasanya beroperasi tiga shift tinggal menjadi satu shift dengan masa operasional lima atau enam hari selama sepekan

"Kalaupun ada yang dua shift, operasional pabriknya hanya tiga hari selama sepekan,"katanya.

Bahkan dari yang.masih bisa satu shift tinggal setengah shift.

Petani karet di Rantau Prapat, K Siregar.mengaku sudah menjual sebagian luas karetnya dan mengganti dengan sawit karena harga jual bokar yang sekitar Rp500 per kg tidak menguntungkan.

"Sebelum sawit belum menghasilkan, saya jadi supir untuk memenuhi kebutuahan keluarga sehari -hari,"katanya.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan,  Pemerintah harus segera turun tangan mengatasi turunnya produksi karet Sumut dan daerah lain di Indonesia.
 
"Jangan hanya membantu petani sawit, karena karet juga menjadi andalan penerimaan devisa Sumut,"katanya
 
Dia menyebutkan, untuk jangka pendek, Pemerintah bisa melakukan langkah seperti yang dijalankan Malaysia dengan.membeli karet rakyat dengan harga menguntungkan petani.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018