Tapteng (Antaranews Sumut)- Pasca terjadinya longsor di KM 17 Rampah Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, kemarin, arus lalu lintas sudah normal kembali. Satu unit alata berat diturunkan untuk mengeruk badan jalan yang tertimbun tanah longsor.

Menurut pengakuan masyarakat sekitar, selain karena faktor hujan penyebab seringnya terjadi longsor di kawasan itu diakibatkan banyaknyaknya aktivitas masyarakat yang mengambil batu dengan cara mencongkel.

“Aktivitas masyarakat yag selalu mengambili batu di pinggiran perbukitan sudah lama berlangsung, dan sepertinya tidak ada tindakan tegas kepada masyarakat sehingga masyarakat semakin bebas untuk mengabili batu yang dampaknya sangat fatal kepada pengguna jalan,”ujar Marihot.

Jika kondisi itu terus dibiarkan lanjutnya, maka akan terus terjadi longsor bahkan bisa lebih besar langi longsornya. Karena kondisi perbukitan yang ada saat ini sudah cukup parah karena pada bagian bawah sudah habis dikorek batunya dan dicongkeli.

Sementara itu Camat Sitahuis Pangihutan Lumbantobing yang dikonfirmasi Rabu menerangkan, bahwa arus lalu lintas di kawasan longsor sudah normal kembali. Ia pun mengakui bahwa kegiatan masyarakat yang kerap mengambili batu sudah berkali-kali di larang, namun masyarakat tetap saja membandal.

“Dengan adanya kejadian ini akan kami tindak dengan tegas supaya masyarakat jangan lagi melakukan aktivitas itu,”tegasnya.
Diakunya, selama ini pihaknya dari Kecamatan sudah memberikan arahan agar masyarakat jangan mengambili batu yang ada di kawasan itu karena rawan dengan longsor. Namun faktor ekonomi dan kebutuhan hidup yang selalu menjadi alasan masyarakat.

“Sangat dilema memang situasi ini, jika dibiarkan maka akan terjadi longsor seperti yang kemarin. Jika dilarang alasan kebutuhan hidup yang menjadi persoalan. Pun demikian saya selaku Camat akan bertindak tegas demi kepentingan dan keselamatan orang banyak,”katanya.


 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018