Medan, (Antaranews Sumut) - Badan Nasional Narkotika mengungkapkan jalur laut adalah yang paling rawan karena banyak digunakan sindikat untuk menyeludupkan narkotika dari luar masuk ke berbagai daerah di Indonesia.
     
Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Arman Depari di Medan, Sabtu, mengatakan laut adalah jalur yang paling banyak digunakan untuk penyeludupan narkotika, bukan hanya di Indonesia, namun juga terjadi di berbagai negara lainnya.
     
"Dari data, 80 persen penyeludupan narkotika di dunia gunakan jalur laut, sementara di Indonesia mencapai 90 persen," katanya usai paparan terkait keberhasilan mengagalkan penyeludupan narkotika jenis Methamphetamine (shabu) seberat 83,386 kg (50 bungkus) di Medan.
     
Ia mengakui banyaknya pelabuhan "tikus" disejumlah pantai di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara dan Aceh, memang sangat dimanfaatkan oleh para sindikat untuk menyeludupkan narkotika ke Indonesia.
     
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti bea cukai maupun Angkatan Laut dalam upaya pengawasan terhadap berbagai pelabuhan tikus tersebut.
     
Selain itu, pihaknya juga memanfaatkan para nelayan untuk turut mengawasi jalur-jalur yang kemungkinan digunakan bara sindikat untuk menyeludupkan barang haram tersebut.
     
"Memang banyak pelabuhan tikus. Inilah yang harus ditingkatkan pengawasannya. Kami juga memanfaatkan nelayan untuk turut mengawasainya dan menginformasikan jika ada yang mencurigakan," katanya.
     
Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan harapan kepada masyarakat untuk lebih peduli dan hati-hati serta teliti jika melihat orang atau kegiatan yang tidak wajar disekitar lingkungannya masing-masing.
     
"Mari kita cegah dan berantas peredaran narkotika. Paling tidak ada kemauan dan kepedulian, melawan atau menghindar dari bandar sehingga para pengguna narkotika tidak bertambah lagi. Kepedulian kita adalah salah satu memberantas cara memberantas peredaran narkotika," katanya.



 

Pewarta: Juraidi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018