Simalungun  (Antaranews Sumut) - Para pelaku usaha di kawasan Danau Toba, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mengalami masa-masa sulit dalam dua bulan terakhir.

Penjual asesoris, suvenir, makanan minuman, penyedia tempat istirahat wisata, Minggu, mengaku terpuruk dengan menurunnya kunjungan wisatawan, terburuk pada usaha angkutan transportasi air.
 
"Drastis, di atas 80 sampai 100 persen, sepertinya tidak ada lagi yang berlayar di Danau Toba, sudah 'mati suri' usaha kami," kata Hotnal Gultom, mandor kapal wisata pada Koperasi Ops Marihat Permai di kawasan pantai Parapat.

Pada weekend (akhir pekan) dan hari libur yang selama ini menjadi harapan memperoleh penghasilan memadai, penumpang kira-kira 80-90 persen, dan hari biasa nol persen.

Sebanyak 22 unit kapal wisata melayani rute keliling Danau Toba berbahan baku kayu, sebagain besar di antaranya "diparkirkan" di tempat mangkal untuk menghemat biaya operasional.

Penurunan tersebut sebagai dampak peristiwa kapal penumpang yang tenggelam di perairan Danau Toba kawasan Tiga Ras Kabupaten Simalungun pada 18 Juni 2018.

Mereka pun berharap Pemerintah dan Badan Otorita Danau Toba merancang program dan melakukan langkah-langkah yang mampu menghilangkan trauma masyarakat atas tragedi tersebut.

Di satu sisi, mereka menyampaikan apresiasi atas pelatihan dan pendidikan keselamatan transportasi yang diselenggarakan Pemerintah bagi nakhoda dan awak kapal.

"Bukan hanya itu, penting juga upaya menghilangkan trauma masyarakat, sehingga mereka tidak takut lagi keliling Danau Toba," kata Ramsen Siallaga, seorang pengusaha kapal wisata.

Dia mengatakan, pihaknya telah melakukan perbaikan dan pembenahan unit usaha sesuai ketentuan yang berlaku demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung. ***3***

Pewarta: Waristo

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018