Medan (Antaranews Sumut) - Maraknya penggunaan gadget pada anak sekarang sudah menjadi hal biasa. Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman pada anak. Baru-baru ini muncul sebuah tantangan yang tersebar di WhatsApp bernama Momo Challenge dan diperuntukkan untuk gadis berusia 12 tahun. 

Tantangan ini berbahaya dan polisi di sejumlah negara telah menyatakan keprihatinannya. Karena tantangan ini mengajak seseorang untuk bunuh diri. Hampir mirip dengan Blue Whale Challenge yang sempat viral dan mengkhawatirkan beberapa waktu lalu. 

Momo adalah nama akun media sosial yang kehadirannya ada di jaringan WhatsApp, Facebook, dan Youtube. Menurut unit Investigasi Kejahatan Komputer di negara bagian Meksiko, Tabasco, permainan dimulai di Facebook, seperti dikutip dari lifestyle.okezone.com, (04/08/2018).

Kapitalisme Ancaman Generasi 

Sejak anak-anak, banyak remaja di Indonesia dijauhkan dari konsep halal-haram. Taat pada Allah, ingat akan mati, ingat akan Hari Akhir,dst. 

Kapitalisme-liberalisme menjadikan remaja kehilangan kepribadian Islam mereka. Tidak kenal tujuan dan aturan hidup yang benar;Islam. 

Mereka tidak tertarik untuk mendalami ajaran Islam dan menjadi muslim yang taat. Karena dalam kehidupan liberal di alam negeri ini, agama adalah urusan pribadi. Bukan domain masyarakat apalagi negara. 

Beranjak dari keprihatinan kita saat ini dengan melihat remaja menjadi penggiat berbagai challenge yang tidak memberikan dampak positif apapun untuk mereka. Padahal generasi muda adalah kekuatan sekaligus kebanggaan suatu umat atau negara. 

Untuk mengetahui keadaan masa depan suatu umat atau suatu bangsa adalah dengan melihat generasi muda saat ini. 

Bila generasi mudanya baik, maka masa depan umat dan bangsa tersebut adalah baik. Sebaliknya bila generasi generasi mudanya rusak maka masa depan umat dan bangsa itu suram. 

Bila generasi muda suatu umat atau bangsa rusak, maka untuk menghancurkan umat dan bangsa tersebut tidak perlu dengan kekuatan senjata dan angkatan perang.

Inilah yang dipesankan oleh Napoleon Bonaparte kepada para pasukan perang salib ketika umat Islam menangkapnya dalam sebuah penyerangan salibiyah ke negeri Mesir. Bahwa umat Islam tidak mungkin dilawan dengan kekuatan senjata , akan tetapi dengan cara perang pemikiran. 

Maka akhirilah harapan  pada peradaban kapitalisme untuk menjadi generasi muda yang memiliki visi, produktif, kreatif, dan inovatif dalam kebaikan (hamba Allah yang berperan sebagai Khalifah fil ardh).

Peradaban Islam Penyelamat Generasi 

Remaja ialah aset negara bukan hanya aset dan harapan keluarga. Apa yang bisa kita harapkan di masa depan bila para remaja kita dominan terpuruk dalam sekularisme dan liberalisme? Para pejabat negeri ini yang hari ini mendekam dalam penjara, menjadi politisi yang korupsi merupakan produk pembinaan di masa lalu. 

Jika saja ada kesadaran bersama dari keluarga, masyarakat juga negara bahwa remaja saat ini banyak dikelilingi oleh pemikiran dan challenge yang membahayakan. Lebih utama ialah negara yang menjamin perlindungan dan pendidikan pada remaja. Sebagaimana  Nabi Saw bersabda: 

"Sesungguhnya Imam/Kepala negara itu adalah perisai;(orang) berperang di belakangnya dan berlindung dengannya. (HR.Bukhari)

Tapi sangat disayangkan perang negara masih minim. Masih bisa dikatakan jauh dari mengayomi dan mengasuh remaja. 

Generasi muda masih dibiarkan dalam budaya hedonisme, film-film tak mendidik bahkan mengarahkan pada kekerasan, challenge yang berbahaya serta bacaan-bacaan yang justru menjauhkan remaja dari aqidahnya (Islam). 

Sudah saatnya mengakhiri peradaban Kapitalisme yang tak memberikan prestasi apapun untuk generasi muda kecuali kehancuran generasi. 

Ubah cara berpikir masyarakat dan para pemimpin negeri ini bahwa Peradaban Islam satu-satunya yang dapat melindungi dan menyelamatkan generasi muda dari kehancurannya. 

 

Pewarta: Rindy Yanti Septiana

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018