Samosir (Antaranews Sumut) - Event Music International 2018 kembali digelar di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, di panggung terbuka kawasan wisata Tuktuk Siadong pada 25 Agustus.
"Ini konser ke empat sejak tahun 2014," sebut inisiator acara dan Project Manager, Henry Manik, Sabtu.
Putra daerah "Negeri Indah Kepingan Surga" yang kini berdomisili di Negeri Belanda menjelaskan, pagelaran musik pada even ini memiliki keistimewaan dari lainnya, karena setiap artis dan musisi harus bisa membawakan lagu daerah Batak.
Keunikan konsep itu menjadi nilai tarik banyak orang untuk hadir menyaksikan aksi panggung para artis dari daerah, ibu kota Jakarta dan Eropa yang secara tidak langsung mengangkat seni budaya batak ke panggung dunia.
"Kita ingin menunjukkan, bahwa lagu Batak itu sangat indah dan flexible, bisa digubah ke segala genre musik yang ada. Tentu, nilai promosi akan daerah sangat terkandung juga di dalamnya," katanya.
Henry menjelaskan, konsep kolaborasi musik internasional dan Batak dicetuskan oleh Hermann Delago dan musisi asal Austria itu selalu dilibatkan selama even digelar, meski kedepannya hanya sekadar menyapa pengunjung dari panggung.
Hermann Delago, Nadine Beiler, pemenang kontes lagu klassik Belanda Bernadeta Astari bersama artis lokal seperti Viki Sianipar yang tampil memukau tahun lalu, masih meluangkan untuk kembali ikut dalam kegiatan tahun ini diiringi Austria JB’S Band.
Band kaum muda, yang berlatar belakang pendidikan musik dari Conservatorium, dan sudah memiliki banyak aksi panggung di Eropa, bereinginan memberi sedikit warna dengan tambahan suling di aransemen musik mereka nanti.
Peniup seruling, Kento Friesacher keturunan Jepang-Austria dikirimi satu set seruling Batak untuk dipelajarinya supaya bisa berkolaborasi dengan pemusik Batak, Tongam Sirait.
Henry mengatakan, persiapan even tergolong rampung, hanya masih terus mencari dukungan ke banyak pihak, mengingat masih minimnya pendanaan.
Dia berharap mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah Provinsi dan Pusat, agar nantinya bisa semakin dikembangkan. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
"Ini konser ke empat sejak tahun 2014," sebut inisiator acara dan Project Manager, Henry Manik, Sabtu.
Putra daerah "Negeri Indah Kepingan Surga" yang kini berdomisili di Negeri Belanda menjelaskan, pagelaran musik pada even ini memiliki keistimewaan dari lainnya, karena setiap artis dan musisi harus bisa membawakan lagu daerah Batak.
Keunikan konsep itu menjadi nilai tarik banyak orang untuk hadir menyaksikan aksi panggung para artis dari daerah, ibu kota Jakarta dan Eropa yang secara tidak langsung mengangkat seni budaya batak ke panggung dunia.
"Kita ingin menunjukkan, bahwa lagu Batak itu sangat indah dan flexible, bisa digubah ke segala genre musik yang ada. Tentu, nilai promosi akan daerah sangat terkandung juga di dalamnya," katanya.
Henry menjelaskan, konsep kolaborasi musik internasional dan Batak dicetuskan oleh Hermann Delago dan musisi asal Austria itu selalu dilibatkan selama even digelar, meski kedepannya hanya sekadar menyapa pengunjung dari panggung.
Hermann Delago, Nadine Beiler, pemenang kontes lagu klassik Belanda Bernadeta Astari bersama artis lokal seperti Viki Sianipar yang tampil memukau tahun lalu, masih meluangkan untuk kembali ikut dalam kegiatan tahun ini diiringi Austria JB’S Band.
Band kaum muda, yang berlatar belakang pendidikan musik dari Conservatorium, dan sudah memiliki banyak aksi panggung di Eropa, bereinginan memberi sedikit warna dengan tambahan suling di aransemen musik mereka nanti.
Peniup seruling, Kento Friesacher keturunan Jepang-Austria dikirimi satu set seruling Batak untuk dipelajarinya supaya bisa berkolaborasi dengan pemusik Batak, Tongam Sirait.
Henry mengatakan, persiapan even tergolong rampung, hanya masih terus mencari dukungan ke banyak pihak, mengingat masih minimnya pendanaan.
Dia berharap mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah Provinsi dan Pusat, agar nantinya bisa semakin dikembangkan. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018