Pematangsiantar, (Antaranews Sumut) - Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surakarta, Jawa Tengah melakukan kunjungan kerja perbandingan ke Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Rabu.
Kunjungan itu sekaitan dengan tingginya sikap toleransi antar pemeluk agama, suku dan etnis di Pematangsiantar yang hidup dalam keharmonisan dan mendapat peringkat pertama di Indonesia.
Rombongan diajak Wali Kota Pematangsiantar, Hefriansyah didampingi pengurus FKUB setempat berkeliling ke rumah ibadah umat Islam, Kristen, Hindu dan Buddha.
"Kota ini dihuni berbagai etnis dan agama yang hidup dalam keharmonisan, yang dikenal dengan Siantar The Most Tolerance City," kata Wali Kota.
Peran ulama melalui wadah FKUB juga memiliki peran yang kuat untuk menyejukkan umat dalam kedamainan.
Wakil Ketua I FKUB Surakarta, Tri Prasetyo mengaku pihaknya mendapatkan hasil positif kunjungan dan menjadi bahan perbandingan.
Tri menyampaikan kesalutan dengan sikap moral dan adat istiadat yang menyatukan masyarakat setempat.
Komposisi jumlah antarumat sebanding dan seimbang, sehingga lebih memudahkan terciptanya kerukunan.
"Otomatis secara alami dan sudah berlangsung lama, sehingga masyarakat sudah terbiasa melakukannya," kata Tri. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Kunjungan itu sekaitan dengan tingginya sikap toleransi antar pemeluk agama, suku dan etnis di Pematangsiantar yang hidup dalam keharmonisan dan mendapat peringkat pertama di Indonesia.
Rombongan diajak Wali Kota Pematangsiantar, Hefriansyah didampingi pengurus FKUB setempat berkeliling ke rumah ibadah umat Islam, Kristen, Hindu dan Buddha.
"Kota ini dihuni berbagai etnis dan agama yang hidup dalam keharmonisan, yang dikenal dengan Siantar The Most Tolerance City," kata Wali Kota.
Peran ulama melalui wadah FKUB juga memiliki peran yang kuat untuk menyejukkan umat dalam kedamainan.
Wakil Ketua I FKUB Surakarta, Tri Prasetyo mengaku pihaknya mendapatkan hasil positif kunjungan dan menjadi bahan perbandingan.
Tri menyampaikan kesalutan dengan sikap moral dan adat istiadat yang menyatukan masyarakat setempat.
Komposisi jumlah antarumat sebanding dan seimbang, sehingga lebih memudahkan terciptanya kerukunan.
"Otomatis secara alami dan sudah berlangsung lama, sehingga masyarakat sudah terbiasa melakukannya," kata Tri. ***4***
Editor : Juraidi
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018