Simalungun (Antaranews Sumut) - Hidup sebatang kara hampir puluhan tahun, Nurisa (49), warga Huta II, Nagori Senio, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, harus berjuang sendiri menjalani hidup.

Suami, alm Sawon, meninggal  10 tahun lalu karena sakit, dua anaknya merantau, dan sampai kini tidak ada komunikasi, sehingga keberadaannya tidak diketahui.

Hidup sulit mengandalkan hasil dari memungut pelepah kelapa sawit untuk dijadikan lidi dan tinggal di satu unit rumah yang tidak memiliki tempat khusus untuk mandi, mencuci dan toilet, berdampak pada kondisi kesehatan Nurisa.

Kehidupan yang dijalani tidak saja menimbulkan keprihatinan Hj Yeni Sinaga, warga setempat, yang kerap mengulurkan tangan semampunya untuk meringankan beban Nurisa, juga Wakil Bupati Simalungun, H Amran Sinaga.

Mendapat informasi kondisi warga dan tetangganya itu, Wakil Bupati didampingi Pangulu Nagori Senio, Abdul Halim Damanik, tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat membawa Nurisa ke klinik dr Hj Zulfianidar untuk dirawat hingga sembuh. 

Wakil Bupati bersama warga berencana membedah rumah Nurisa secara gotong royong, sedangkan material bangunan ditanggung H Amran Sinaga dan H Hardi.

Wakil Bupati menggugah hati warga untuk selalu menolong orang yang berkesusahan dan mengimbau agar anak Nurisa pulang dan merawat ibunya.

"Kita harus peduli terhadap orang yang kurang mampu dan hidup di bawah garis kemiskinan, seperti Ibu Nurisa, yang hidup sebatang kara," katanya.

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018