Aekkanopan (Antaranews Sumut) - Siswa/i yang mau menuju SMAN-1 Kualuhleidong dan SMPN-2 Kualuhleidong memerlukan keterampilan ekstra. Pasalnya, jembatan darurat yang dibuat warga dari batang kelapa menuju sekolah itu putus.
Jembatan itu merupakan jalur alternatif bagi siswa yang tidak memiliki kenderaan karena lebih singkat jaraknya. Jika melalui jalan besar, para siswa harus menempuh jarak lebih jauh dan sering membuat mereka terlambat tiba di sekolah.
Mengutip informasi dari Laburaku yang beredar Selasa, jembatan beton lama yang ada sudah putus dan tidak diperbaiki. Guna mengatasinya, warga membuat jembatan darurat dari batang kelapa. Sayangnya, batang kelapa itupun putus juga diduga karena lapuk.
Salah seorang siswa kelas IX SMAN-1 Kualuhleidong Figar Agustian Chaniago mengaku, dirinya dan rekannya memiliki dua pilihan saat menuju sekolah. Lewat semak-semak atau harus melompati jembatan putus itu dengan risiko jatuh dan basah.
"Yang kasihan yang perempuan, karena mereka harus melompat," kata remaja yang tidak memiliki kenderaan tersebut. Ditambahkannya, dirinyamenya memerlukan waktu sekitar setengah jam berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat ia menuntut ilmu.
Sebelum mengakhiri keluhannya, Fikar dan rekannya sangat berharap jembatan itu cepat diperbaiki oleh instansi terkait. Karena mereka memang sangat butuh jalur alternatif tersebut untuk mempersingkat waktu ke sekolah.
Informasi di medsos menyebutkan, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Labura akan turun meninjau lokasi jembatan. Kepala BPBD Labura Yandri Suhadi SH yang dikonfirmasi tentang kebenaran informasi itu belum memberi jawaban hingga berita dikirim ke redaksi. i.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Jembatan itu merupakan jalur alternatif bagi siswa yang tidak memiliki kenderaan karena lebih singkat jaraknya. Jika melalui jalan besar, para siswa harus menempuh jarak lebih jauh dan sering membuat mereka terlambat tiba di sekolah.
Mengutip informasi dari Laburaku yang beredar Selasa, jembatan beton lama yang ada sudah putus dan tidak diperbaiki. Guna mengatasinya, warga membuat jembatan darurat dari batang kelapa. Sayangnya, batang kelapa itupun putus juga diduga karena lapuk.
Salah seorang siswa kelas IX SMAN-1 Kualuhleidong Figar Agustian Chaniago mengaku, dirinya dan rekannya memiliki dua pilihan saat menuju sekolah. Lewat semak-semak atau harus melompati jembatan putus itu dengan risiko jatuh dan basah.
"Yang kasihan yang perempuan, karena mereka harus melompat," kata remaja yang tidak memiliki kenderaan tersebut. Ditambahkannya, dirinyamenya memerlukan waktu sekitar setengah jam berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat ia menuntut ilmu.
Sebelum mengakhiri keluhannya, Fikar dan rekannya sangat berharap jembatan itu cepat diperbaiki oleh instansi terkait. Karena mereka memang sangat butuh jalur alternatif tersebut untuk mempersingkat waktu ke sekolah.
Informasi di medsos menyebutkan, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Labura akan turun meninjau lokasi jembatan. Kepala BPBD Labura Yandri Suhadi SH yang dikonfirmasi tentang kebenaran informasi itu belum memberi jawaban hingga berita dikirim ke redaksi. i.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018