Medan (Antaranews Sumut) - Masyarakat diminta untuk melakukan deteksi dini terhadap pendengaran pada bayi, sehingga jika benar ada masalah dengan pendengaran dapat segera ditangani dengan cepat.

"Semakin cepat terdeteksi, maka penanganannya dapat lebih intens dilakukan," kata Ketua Ilmu Kesehatan THT RSUP Adam Malik Medan, dr Adlin Adnan di Medan, Kamis.

Ia mengatakan, pihaknya selalu menekankan upaya preventif dalam mengatasi kasus gangguan pendengaran bawaan lahir dan jika anak memang mengalami gangguan pendengaran, maka cochlear implant (cangkok rumah siput) bisa menjadi harapan terakhir.

Namun, cochlear implant sendiri saat ini memang belum terlalu familiar di masyarakat, termasuk di Sumatera Utara.

Salah satu masalah terbesarnya adalah biaya alat implan tersebut yang sangat mahal. Saat ini, harga termurahnya saja mencapai sekitar Rp 160 juta.

Baca juga: Inalum peduli perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat

Sementara itu, untuk pasien yang telah menjalani pemasangan cochlear implant di RSUP H Adam Malik sendiri, selama ini mendapatkan bantuan dari sejumlah yayasan.

"Harapannya ke depan, alat ini bisa dibantu penyediaannya oleh pemerintah. Karena ini, kan masa depan anak Indonesia, investasi negara kita," katanya.

Ia juga menyampaikan kasus gangguan pendengaran bawaan lahir sendiri sudah mendapat perhatian serius, mengingat kasus tersebut cukup banyak terjadi di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Untuk itu WHO mencanangkan program "Sound Hearing 2030" dan pemerintah Indonesia meresponnya melalui Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) dengan target mengatasinya hingga 90 persen pada 2030.

"Ada sekitar satu dari 1.000 kelahiran di Indonesia dengan kasus gangguan pendengaran bawaan lahir. Penyakit rubella di masa kehamilan jadi salah satu penyebabnya," katanya.

Pewarta: Juraidi

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018