Medan (Antaranews Sumut) - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memproyeksikan meraih pertumbuhan pendapatan sebesar RP11,9 triliun pada tahun 2018 di Sumatera Utara, khususnya dari penjualan tenaga listrik.

General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Sumut, Feby Joko Priharto di Medan, Kamis, mengatakan, proyeksi pendapatan selama tahun 2018 itu diraih dengan melakukan penjualan secara agresif dan menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik.

Jika diperbandingkan dengan pendapatan selama 2017 sebesar Rp10,346 triliun, proyeksi peraihan selama pada tahun 2018 itu mengalami peningkatan 11,8 persen.

Secara nasional, kata Ferlby menjelaskan, pada tahun 2018 pihaknya memokuskan perhatiannya untuk menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik.

Pola tersebut merupakan program utama perseroan karena sebagai perusahan Public Service Obligation (PSO), harga jual atau tarif tenaga listrik tidak mengalami kenaikkan sejak 2017.

Kondisi itu menjadikan PLN dimungkinkan memiliki risiko dalam hal finansial sehingga PLN di Sumut harus berupaya lebih keras untuk melakukan efisiensi operasi guna menekan BPP listrik.

Jika penghematan dapat dilakukan, maka BPP akan lebih rendah dari harga jual atau tarif listrik sehingga dapat memberikan ruang yang cukup untuk investasi.

Upaya lain yang dilakukan PLN Sumut adalah dengan mengonversi bahan bakar pembangkit dari minyak ke gas, khususnya kapal pembangkit listrik atau Marine Vessel Power Plan (MVPP) MV Karadeniz Powership Onur Sultan berkapasitas 2x240 MW.

Kapal yang memasok listrik di Sumut mulai Juni 2017 itu direncanakan beralih menggunakan bahan bakar dari "heavy fuel oil" (HFO) ke gas bumi pada tahun 2018.

"Saat ini energi primer masih menelan BPP terbesar karena sebagian besar pembangkit masih menggunakan bahan bakar minyak," katanya.

Upaya menekan BPP dari sisi bahan bakar juga akan ditopang dengan beroperasinya beberapa pambangkit yang tidak menggunakan BBM pada tahun 2018.

Dalam Rencana Umum Pengembangan Ketenagalistrikan (RUPTL), sudah diproyeksikan adanya tambahan daya baru yang akan masuk sistem kelistrikan Sumut.

Di antaranya tambahan daya menjadi 330 MW dari PLTP Sarulla, PLTP Sorik Marapi 240 MW, PLTU Mabar (IPP) 300 MW serta PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4 yang masing-masing berkapasitas 2x200 MW.

"Kami proyeksikan akan ada pertumbuhan konsumsi energi listrik di Sumut sebesar 8 persen pada 2018," ujar Feby.

Upaya lain yang dilakukan PLN adalah mendorong penyelesaian pembangunan jaringan Tol Listrik Sumatera 275kV ke Sumut.

Pengoperaian infrastruktur itu akan dapat menekan BPP secara signifikan karena energi murah yang dipasok dari Sumatra Selatan tersebut berbahan bakar batu bara.

Meski dikategorikan murah, tetapi memiliki daya cukup besar karena bisa ditransfer ke Sumut sampai dengan 400 MW. Tol Listrik itu akan mengalirkan daya dari Lahat di Sumatera Selatan sampai ke Aceh, melalui Sumut.

Pihaknya mengakui, pengerjaan proyek ini sempat terkendala sejak 2008 akibat permasalahan pembebasan lahan. Namun saat ini, proses konsinyasi dan pembangunannya sudah hampir selesai dan dijadwalkan pada Maret 2018 mulai beroperasi penuh.

"Dengan kedua upaya itu saja kami yakin akan dapat menekan BPP secara signifikan, jauh di bawah angka BPP saat ini yang sebesar Rp1.719 per kWh," kata Feby Joko Priharto.

Dorongan pertumbuhan pendapatan juga akan dilakukan dengan melakukan penjualan secara agresif. Untuk merealisasikannya, PLN Sumut memberikan kemudahan layanan kepada konsumen untuk mendapatkan daya listrik dan peningkatan kualitas layanan.

PLN Wilayah Sumut juga akan gencar mendorong rumah tangga beralih menggunakan energi listrik dengan menyasar hotel-hotel dan restoran, terutama kepada kegiatan produksi rumahan (home industry) dan Kampanye tersebut juga akan .

"Kami memproyeksikan pertumbuhan penambahan pelanggan sebesar 4,8 persen atau dari 3.421.185 pelanggan pada 2017 akan menjadi 3.587.889 pada tahun 2018," katanya. 

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018