Medan, 22/11 (Antarasumut) - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI menyelenggarakan "sharing session" kepada para pemakai jasa KSEI.
        
Sharing Session yang digelar pada 20 November itu mengusung tema Indonesia 2018 - Sailing Through Economic and Political Tide diselenggarakan di Main Hall, Galeri Bursa Efek Indonesia.
        
Acara itu  dihadiri sekitar 600 undangan yang terdiri dari perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komisaris dan Direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), KSEI,  PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia(KPEI) serta para pemakai jasa KSEI.
       
Para pemakai jasa KSEI itu  terdiri dari Perusahaan Terdaftar (Emiten), Perusahaan Efek, Bank Kustodian, Biro Administrasi Efek, Bank Pembayaran, Bank Administrator Rekening Dana Nasabah (RDN), Agen Penjual Reksa Dana dan Manajer Investasi.
       
Sebelum penyelenggaraan "sharing session", acara diawali dengan pembukaan perdagangan Bursa oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) H. Muhammad Tito Karnavian  yang juga menjadi salah satu narasumber pada sesi sharing session itu.
       
Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal 2A OJK Yunita Linda Sari, Direktur Utama BEI Tito Sulistio, Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi, jajaran komisaris dan direksi KSEI turut mendampingi Kapolri saat melakukan pembukaan perdagangan.
       
"Untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia,  para pelaku usaha harus memperhatikan aspek ekonomi, dan politik dalam negeri," ujar Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi.
       
Pelaku usaha  juga harus mengetahui update terbaru dalam kedua aspek itu.
       
"Sebagai narasumber atau  tokoh yang sangat kompeten di bidangnya diyakini dapat memberikan pandangannya untuk perencanaan strategi bisnis di 2018," ujar Friderica. 
      
Dengan terselenggaranya sharing session ini, diharapkan para pelaku industri pasar modal, khususnya para pemakai jasa KSEI dapat memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menentukan strategi usaha di tahun 2018.
     
Di acara itu Friderica  manyampaikan kinerja KSEI dan program kerja utama, seperti e-voting,dan update pertumbuhan Single Investor Identification (SID) dan total aset yang tercatat di sistem C-BEST KSEI dan beberapa kinerja lainnya yang bertumbuh positif.
      
Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal 2A OJK Yunita Linda Sari  mengatakan, pihaknya memberi  apresiasi kepada KSEI dan seluruh pemakai jasa KSEI yang telah berperan serta dalam mengembangkan Pasar Modal Indonesia. 
       
"OJK berharap kegiatan itu akan terjadi diskusi yang konstruktif dan berkontribusi optimal serta menjadi wahana untuk berbagi pengetahuan di antara pelaku pasar modal," katanya.
       
OJK, kata dia juga berharap pelaku pasar dapat meningkatkan kinerjanya guna mendukung perkembangan pasar modal dalam menghadapi tantangan global.
      
Sementara itu Kapolri Jenderal (Pol) H. Muhammad Tito Karnavian Pada sesi pertama sharing session menyampaikan bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara dominan dengan pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen serta adanya stabilitas keamanan dan politik. 
       
Saat ini, katanya, demokrasi mengarah pada liberalisme. 
     
Demokrasi yang baik akan menciptaka " check and balance".
       
Persoalan yang harus diwaspadai adalah demokrasi kebablasan yang kemudian diterjemahkan boleh berbuat apa saja sehingga berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dan politik.
       
"Dalam menghadapi pilkada, saya berharap para kontestan politik jangan menjual isu SARA, namun lebih kepada program kerja agar tidak mengoyak keberagaman," katanya.
        
Polri dan TNI solid dalam menjaga keamanan dan stabilitas politik di Indonesia, investor tidak perlu ragu  berinvestasi di Indonesia.
      
Pembicara lainnya adalah Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada, A. Tony Prasentiantono, yang menyampaikan tentang economic outlook di tahun 2018 dengan judul ‘Perekonomian Indonesia 2018 di Kerumunan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Uncertainty)’.
     
Menurut Tony,  perekonomian Indonesia masih tumbuh pada kisaran 5.persen karena kelesuan ekonomi sebagai dampak ketidakpastian serta agresitivitas pajak yang menyebabkan konsumen cenderung mengerem konsumsi. 
       
Ada beberapa hal positif yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi 2018 lebih tinggi yakni 5,3 persen antara lain stabilitas harga komoditas, stabilitas rupiah, peningkatan investasi, capital inflows dan inflasi yang tetap rendah.
      
Tony memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih bisa meningkat ke level 6-7 persen ke depannya karena saat ini pemerintah tengah giat membangun infrastruktur yang dampaknya baru dapat dirasakan kelak. 
       
Perkembangan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini juga menunjukan optimisme pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia.
      
Adapun Direktur Eksekutif Charta Politica Indonesia Yunarto Wijaya menyampaikan pemaparan bertajuk ‘Politik Indonesia 2017 - 2018: Antara Kontestasi dan Konsesi’. .
       
 Menurut dia, berdasarkan hasil survei,  secara umum masyarakat puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi - JK. 
       
 Hasil Survei Nasional pada September 2017 memberikan skor 68 persen,  sedangkan pada survei Kompas diperoleh skor 70,6 persen.
       
Survei Kompas, katanya  juga menunjukkan bahwa 55 persen responden menyatakan puas dengan kinerja pemerintah di bidang ekonomi.
    
Dia menyebutkan,  dampak kondisi politik dalam negeri terhadap pasar modal di Indonesia masih lebih kecil dibandingkan dengan tekanan dari kondisi pasar secara global. 
       
Namun, kondisi politik dalam negeri yang stabil dapat memberikan kepercayaan kepada investor, khususnya bagi investor asing.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017