Tapanuli Selatan, 26/9(Antarasumut)-Kopi Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan juga akan dapat mengikuti jejak Kopi Sipirok yang sudah mendunia.

Optimisme itu sebagaimana disampaikan Abdul Wahid Harahap (48), kepada Antara di Tapanuli Selatan, Selasa.

Berhenti menjadi supir truck Medan-Jakarta belasan tahun, 5 tahun kebelakang dari 2017,  Wahid kini fokus menggeluti kopi miliknya.

"Kopi Marancar yang pernah jaya dimasanya (1978) sangat menjanjikan, saya ingin kaya dari Kopi,"kata Wahid yang sekarang sudah berhasil 'owner' atau pengusaha.

Kopi arabica yang dia kelola secara manual atau tradisional sudah mulai terkenal, merk kopinya dikutip dari nama salah satu  puterinya bernama " TYYANA COFFE".

Bubuk TYYANA COFFE sudah mulai banyak permintaan sudah ada pesanan hingga luar pulau Sumatera seperti ke pulau Jawa.

"Alhamdulillah, dari hasil kerja keras lebih kurang 5 tahun sekarang saya sudah mulai menikmati rasanya  hasil mengelola kopi,"ungkapnya merendah hati.

Dia punya lahan kopi lebih kurang luasnya 1 hekatare berlokasi di Aek Sabaon, Marancar, tumbuh subur sekitar 800 meter diatas permukaan laut, produksinya dia olah sendiri

"Walau proses permentasinya manual (sangrai) tetapi TYYANA COFFFE tetap mengedepankan menjaga mutu atau kualitas,"sebutnya.

Mulai pemetikan, sortir hingga roasting (menggonseng gabah kopi) hingga menjadi bubuk dalam kemasan sederhana masih dia lakukan sendiri dibantu isteri dan anak-anaknya.

Tidak mengherankan usaha yang dia rintis dengan promosi memanfaakan media sosial telah mengundang sejumlah turis mancanegara seperti dari Prancis, Korea dan Jerman datang ke kebun kopi miliknya ke Marancar.

"Selain turis mancanegara, Komunitas Vesva Pencinta Alam, Jaringan Relawan Kebangsaan, Jakarta  juga rutin menikmati bubuk kopi "TYYANA COOFE", sebutnya lagi.

Soal harga bubuk kopinya menurut dia tidak terlalu mahal bagi pencinta kopi, dengan berat 100 gram dihargai Rp.50 ribu.

Untuk pengembangan usahanya dia sudah mulai membina sejumlah kelompok tani kopi di daerah Maranacar yang berhawa sejuk itu.

"Sekarang, dari sekitar 68 hektare kebun kopi masyarakat Marancar dengan 11 Desa 1 Kelurahan  ada sekitar 12 hektare kebun kopi yang betul produktif dan bernilai ekonomis,"terangnya.

Suami tercinta Nur Ainun boru Situmorang itu lebih jauh bertekad agar kelak bagaimana Kopi Marancar itu mampu menembus pasar luar negeri.

Harapan dia kepada pemerintah daerah melalui pihak terkait untuk dapat menangkap peluang bisnis ini dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat utamanya masyarakat Marancar.

"Potensi ekonomi Sumber Daya Alam Marancar sangat luar biasa, disamping 'menyimpan' berbagai destinasi wisata seperti air terjun, pemandian air panas alamnya yang masih terjaga juga sangat subur,"katanya.

Oleh karenanya, kata dia 'tak pelak bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu mengibaratkan Marancar itu merupakan "kepingan surga yang jatuh ke bumi."  

Pewarta: kodir pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017