Pagaran, 18/9 (Antara) – Selain menggunakan biji, ternyata daun tanaman kopi pilihan di Desa Sipultak Dolok, Kecamatan Pagaran, diolah masyarakat menjadi bubuk kopi untuk dikomsumsi, selama lebih dari puluhan tahun silam.

“Kopi panggang telah dikomsumsi sejak dahulu,” ungkap Kepala Desa Sipultak Dolok, Asdellight Lumbantoruan, Senin.

Disebutkan, cita rasa kopi ini sangat berbeda dari kopi yang biasa kita nikmati. Meski warnanya tidak sepekat kopi biji, rasanya ternyata sangat kuat jika dibandingkan dengan kopi yang berbahan biji.

Kopi panggang dari Desa Sipultak Dolok Pagaran ini, juga memiliki aroma yang kuat khas perpaduan kopi dan teh.

Cara membuat kopi panggang ala Pagaran tidak begitu rumit. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit, daun kopi yang diasapi akan mengering dan siap untuk disajikan.

Tagam Lumbantoruan, 68), warga Dusun Meat Desa Sipultak Dolok menuturkan, daun kopi yang akan dipanggang dipilih dari ranting yang tidak memiliki buah. Kemudian ranting tersebut dipanggang maupun diasapin di atas api (seperti proses penyelaian) hingga daun mengering dan menghitam.

“Pengasapan jangan sampai membakar daun karena hasilnya tidak akan enak. Jarak api dan daun sekitar  50 cm,” terangnya.

Setelah benar-benar kering, daun tersebut kemudian diremas hingga remuk seperti bubuk teh. Serbuk ini kemudian direbus dengan air hingga mendidih kemudian disuguhkan.

“Segenggam serbuk kopi panggang, biasanya hanya untuk 3 gelas kopi saja,” ujar Tagam sembari mengakui bahwa cara pembuatan kopi panggang ini telah diketahuinya dari orang tuanya, sejak dia berumur 15 tahun.

Setiap hari, Tagam mengaku mengkonsumsi kopi panggang minimal 2 gelas. Dikatakan, untuk mendapatkan citarasa yang lebih nikmat dari kopi panggang, daun kopi yang telah dikeringkan sebaiknya direbus bersamaan dengan batang tebu dan susu kental.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017