Padangsidimpuan, 20/4 (Antarasumut)- Kota Padangsidimpuan adalah sebuah kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang terkenal dengan sebutan Kota Salak karena di kota inilah para petani salak yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan (yang mengelilingi wilayah kota ini), terutama pada kawasan di kaki Gunung Lubukraya, menjual hasil panen mereka.

Kota Padangsidimpuan memiliki sejarah Sekitar tahun 1700, Padangsidimpuan merupakan lokasi dusun kecil yang sering disinggahi oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan yang disebut “Padang Na Dimpu”. “Padang Na Dimpu” berarti suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang terletak di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang.

Saksi sejarah Pemekaran Kota Padangsidimpuan Mohot Lubis, kepada ANTARA, Kamis, Julukan kota salak disematkan kepada Kota Padangsidimpuan. 

Meskipun kota Padangsidimpuan identik dengan buah salak, wilayah ini bukanlah daerah penghasil buah bersisik dan berbiji tiga itu. 

Salak yang diperjual belikan di kota ini berasal dari Kecamatan Padangsidimpuan Barat (yang sekarang terbagi menjadi bebeberapa wilayah seperti wilayah Kecamatan angkola barat Kabupaten Tapsel, dan Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan, Padangsidimpuan Timur pada masa Kabupaten Tapsel mulai dari Kecamatan Tenggara Kota Padangsidimpuan, Kecamatan Batunadua dan Kecamatan Angkola Julu, Sias, dan Batang Toru Tapanuli Selatan.

Bagi masyarakat Provinsi Sumatra Utara dan juga sebagian warga provinsi tetangganya seperti Sumatra Barat dan Riau, salak Sidimpuan sudah tidak asing lagi dan akrab di telinga dan bibir. Biarpun rasanya sedikit sepet dan kurang manis dibandingkan dengan salak pondoh misalnya, buah salak Sidimpuan ini sangat disukai. Buktinya, siapa pun yang datang dan atau melintas di Kota Padangsidimpuan, pasti menyempatkan diri untuk membeli salak untuk sekadar oleh-oleh atau buah tangan. Di setiap stasiun bus antarkota di kota Padangsidimpuan selalu ada penjual buah salak.

Di pusat kotanya sendiri berdiri satu pasar buah-buahan yang dinamakan warga Sidimpuan sebagai pajak buah yang juga menjual buah salak yang telah menjadi ikon kota ini. Jika Anda singgah di kota ini dan ingin merasakan langsung pengalaman memetik sendiri buah salak berduri ini, silakan berkunjung ke kawasan perkebunan salak yang disebut parsalakan, kira-kira berjarak 25 km dari kota Padangsidimpuan.

Saking terkenalnya Padangsidimpuan sebagai kota salak, lagu berjudul “Ketabo” pun menjadi sebuah lagu klasik yang mengajak kita baik warga Sidimpuan maupun yang pernah mengenal kota sejuk ini untuk selalu mengenang kota salak Padangsidimpuan. Mudah-mudahan saja ajakan lagu Ketabo untuk melirik kota salak Padangsidimpuan disertai juga dengan terwujudnya kemajuan dan kesejahteraan di kota tercinta ini.

Pewarta: Khairul Arief

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017