Sipirok,30/11 (Antarasumut)-Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki motto;" Aku Bangga Aku Tahu" disingkat ABAT sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS di daerah itu.
"Motto itu penting," ujar Dr Sri Khairunnisa, selaku Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Tapanuli Selatan saat berbincang dengan ANTARA diruang kerjanya Dinas Kesehatan, di Sipirok, Selasa.
Motto ABAT diaplikasikan tindakan promotif preventif bertujuan memberi informasi yang benar dengan tujuan bisa mencegah sendiri dirinya. Aksi dilakukan seperti seminar, pemberitahuan lewat stiker, dan lainnya.
"Langkah promotif preventif gencar kita dilakukan saat ini ke sekolah-sekolah khususnya siswa di tingkat SMP dan SMA sederajat," sebutnya.
Kenapa sasaran dari anak sekolah? Dr Sri katakan beranjak dari statemen Kementerian Kesehatan, September 2010 dari 21.770 kasus AIDS dengan proporsi usia 20-29 tahun ditemukan sebanyak 48,1 persen.
Sementara Human Immunodeficiency Virus (HIV) jatuh ke Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) membutuhkan waktu variatif 2-10 Tahun.
Atas dasar usia perkembangan HIV ke AIDS 2-10 Tahun dibandingkan dengan kasus yang disampaikan Menteri Kesehatan, diduga mereka yang 48,1 persen mulai terinveksi HIV disaat usianya beranjak remaja (SMP/SMA sederajat)
"Hal itu pulalah dasar Pemerintah Kabupaten gencar melakukan tindakan seminar seminar promotif preventif ke anak-anak sekolah,"terangnya.
Menurut Dr Sri tindakan tersebut cukup positif dan efesien dengan harapan pelajar SMP dan SMA sederajat memahami sekaligus mereka bisa menjaga dirinya sendiri agar tidak terjerumus kedalam kelompok ODHA (Orang Dengan HIV/ AIDS).
Dia juga mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sipirok juga ada sudah menyiapkan ruang konseling atau pemberian informasi lengkap lewat VCT (Voluntary conceling test) bagi kelompok ODHA.
Disitu pasien bisa mendapatkan ARV (Anti Retrovival) obat menghambat berkembangbiaknya virus dalam tubuh, masih itu saja, soalnya belum ada obat penyembuh HIV.
"Terapi ARV memberi kesempatan pada ODHA untuk hidup lebih produktif, sebab mereka juga masih berhak hidup dan sosial yang sama dengan orang sehat," katanya.
Dr Sri mengatakan, lewat APBD setiap tahun Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan tetap mengganggarkan puluhan hingga mencapai ratusan juta untuk program memutus mata rantai dari HIV/AIDS."Artinya bukti Pemkab menseriusi masalah tersebut," ujarnya.
Mereka juga aktif disamping mengadakan seminar ke sekolah, membuat stiker, konseling melakukan VCT Mobile turun langsung ke lokasi diduga tempat PSK dan Lapas, karena mereka rentan dan termasuk 'kelompok kunci'.
Perkembangan penderita HIV/AIDS Tapanuli Selatan Tahun 2011 terindikasi 1 orang, Tahun 2012. (9), Tahun 2013 (5), Tahun 2014 (14), Tahun 2015 (6) dan pada Tahun 2016 ditemukan dua orang.
Diakhir penjelasannya Dr Sri Khairunnisa menyampaikan "deteksi dini lebih baik dari mengobati", apalagi bagi orang-orang selalu gunakan suntik narkoba, gonta ganti pasangan yang digolongkan kelompok kunci.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Motto itu penting," ujar Dr Sri Khairunnisa, selaku Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Tapanuli Selatan saat berbincang dengan ANTARA diruang kerjanya Dinas Kesehatan, di Sipirok, Selasa.
Motto ABAT diaplikasikan tindakan promotif preventif bertujuan memberi informasi yang benar dengan tujuan bisa mencegah sendiri dirinya. Aksi dilakukan seperti seminar, pemberitahuan lewat stiker, dan lainnya.
"Langkah promotif preventif gencar kita dilakukan saat ini ke sekolah-sekolah khususnya siswa di tingkat SMP dan SMA sederajat," sebutnya.
Kenapa sasaran dari anak sekolah? Dr Sri katakan beranjak dari statemen Kementerian Kesehatan, September 2010 dari 21.770 kasus AIDS dengan proporsi usia 20-29 tahun ditemukan sebanyak 48,1 persen.
Sementara Human Immunodeficiency Virus (HIV) jatuh ke Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) membutuhkan waktu variatif 2-10 Tahun.
Atas dasar usia perkembangan HIV ke AIDS 2-10 Tahun dibandingkan dengan kasus yang disampaikan Menteri Kesehatan, diduga mereka yang 48,1 persen mulai terinveksi HIV disaat usianya beranjak remaja (SMP/SMA sederajat)
"Hal itu pulalah dasar Pemerintah Kabupaten gencar melakukan tindakan seminar seminar promotif preventif ke anak-anak sekolah,"terangnya.
Menurut Dr Sri tindakan tersebut cukup positif dan efesien dengan harapan pelajar SMP dan SMA sederajat memahami sekaligus mereka bisa menjaga dirinya sendiri agar tidak terjerumus kedalam kelompok ODHA (Orang Dengan HIV/ AIDS).
Dia juga mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sipirok juga ada sudah menyiapkan ruang konseling atau pemberian informasi lengkap lewat VCT (Voluntary conceling test) bagi kelompok ODHA.
Disitu pasien bisa mendapatkan ARV (Anti Retrovival) obat menghambat berkembangbiaknya virus dalam tubuh, masih itu saja, soalnya belum ada obat penyembuh HIV.
"Terapi ARV memberi kesempatan pada ODHA untuk hidup lebih produktif, sebab mereka juga masih berhak hidup dan sosial yang sama dengan orang sehat," katanya.
Dr Sri mengatakan, lewat APBD setiap tahun Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan tetap mengganggarkan puluhan hingga mencapai ratusan juta untuk program memutus mata rantai dari HIV/AIDS."Artinya bukti Pemkab menseriusi masalah tersebut," ujarnya.
Mereka juga aktif disamping mengadakan seminar ke sekolah, membuat stiker, konseling melakukan VCT Mobile turun langsung ke lokasi diduga tempat PSK dan Lapas, karena mereka rentan dan termasuk 'kelompok kunci'.
Perkembangan penderita HIV/AIDS Tapanuli Selatan Tahun 2011 terindikasi 1 orang, Tahun 2012. (9), Tahun 2013 (5), Tahun 2014 (14), Tahun 2015 (6) dan pada Tahun 2016 ditemukan dua orang.
Diakhir penjelasannya Dr Sri Khairunnisa menyampaikan "deteksi dini lebih baik dari mengobati", apalagi bagi orang-orang selalu gunakan suntik narkoba, gonta ganti pasangan yang digolongkan kelompok kunci.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016