Medan, 31/8 (Antara) - Otoritas Jasa Keuangan menilai usaha mikro, kecil, dan menengah beruntung karena banyak pihak yang memberikan perhatian, khususnya di dalam permodalan.
"Perhatian ke UMKM bukan hanya dari pemerintah, tetapi perusahaan BUMN dan swasta. Mulai dari bisa dapat KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan bunga kredit yang rendah, dijadikan binaan atau anak angkat dan lainnya," kata Kepala Bagian Humas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumatera Saryo di Medan, Rabu.
Ia mengatakan itu pada acara Diskusi Publik Mengkaji Dukungan Perbankan Pada Dunia Koperasi dan UMKM yang digelar Forum Wartawan Ekonomi Bisnis Kota Medan didukung Bank Mandiri.
Perhatian besar ke UMKM diperkirakan akibat sebagian besar usaha di Indonesia adalah sektor UMKM.
"Jadi, wajar memang UMKM dapat perhatian besar agar bisa mendorong perekonomian," katanya.
Berdasarkan data OJK Regional 5 Sumatera, ujar Saryo, kredit perbankan ke UMKM terus meningkat atau sudah sebesar 28,87 persen pada posisi Juni 2016.
"Yang menggembirakan, kredit mikro tumbuh lebih besar secara `year on year` atau mencapai Rp13,03 triliun," katanya.
Deputi Kepala Kantor Wilayah Bank Mandiri I Sumut Tito Irianto dalam paparannya mengemukakan, sebagai bank BUMN, Mandiri juga peduli dengan UMKM.
"Secara penyaluran, kredit UMKM tumbuh bagus dengan NPL (kredit bermasalah) masih cukup terjaga," katanya.
Tito mengaku, penyaluran kredit dilakukan secara hati-hati juga antara lain dengan mengategorikan pengusaha yang mau dibantu.
Pola kemitraan misalnya dilakukan untuk UMKM potensial dengan bisnis yang belum matang dan belum "bankable".
Sementara KUR diberikan kepada UMKM yang punya bisnis baik tapi belum "bankable", sedangkan kredit komersial untuk UMKM yang sudah berjalan bagus dan "bankable".
"Pola itu dinilai cukup bagus, terbukti selain kredit ke UMKM meningkat, NPL-nya masih terjaga baik," katanya.
Ia menjelaskan, penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri di Sumut sejak dua tahun lalu mencapai Rp4,4 triliun.
Pengusaha UMKM Alween Ong menegaskan, pendanaan atau modal bukanlah menjadi masalah utama pengusaha di sektor itu.
"Yang dibutuhkan UMKM adalah edukasi berwirausaha serta bantuan promosi. Bantuan modal setelah UMKM semakin maju," katanya.
Menurut Alween yang menjadi Ketua Komunitas "Tangan Di Atas" itu, kalau UMKM sudah pintar dalam manajemen termasuk pembukuan, maka saat diberi pinjaman modal, dana tersebut benar-benar akan menjadi pendorong usaha, bukan lagi untuk kredit konsumtif seperti yang selama ini terjadi di tengah pengusaha UMKM.
Adapun promosi juga sangat penting, karena banyak produk UMKM yang bagus tetapi pengusahanya kesulitan menjualnya.
"Jadi memang sebaiknya pemerintah, perbankan, dan lembaga keuangan lainnya perlu lebih mengenal apa yang dibutuhkan UMKM sebelum membuat program dan membantunya," katanya. ***3***
(T.E016/B/I023/I023) 31-08-2016 19:14:08
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Perhatian ke UMKM bukan hanya dari pemerintah, tetapi perusahaan BUMN dan swasta. Mulai dari bisa dapat KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan bunga kredit yang rendah, dijadikan binaan atau anak angkat dan lainnya," kata Kepala Bagian Humas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumatera Saryo di Medan, Rabu.
Ia mengatakan itu pada acara Diskusi Publik Mengkaji Dukungan Perbankan Pada Dunia Koperasi dan UMKM yang digelar Forum Wartawan Ekonomi Bisnis Kota Medan didukung Bank Mandiri.
Perhatian besar ke UMKM diperkirakan akibat sebagian besar usaha di Indonesia adalah sektor UMKM.
"Jadi, wajar memang UMKM dapat perhatian besar agar bisa mendorong perekonomian," katanya.
Berdasarkan data OJK Regional 5 Sumatera, ujar Saryo, kredit perbankan ke UMKM terus meningkat atau sudah sebesar 28,87 persen pada posisi Juni 2016.
"Yang menggembirakan, kredit mikro tumbuh lebih besar secara `year on year` atau mencapai Rp13,03 triliun," katanya.
Deputi Kepala Kantor Wilayah Bank Mandiri I Sumut Tito Irianto dalam paparannya mengemukakan, sebagai bank BUMN, Mandiri juga peduli dengan UMKM.
"Secara penyaluran, kredit UMKM tumbuh bagus dengan NPL (kredit bermasalah) masih cukup terjaga," katanya.
Tito mengaku, penyaluran kredit dilakukan secara hati-hati juga antara lain dengan mengategorikan pengusaha yang mau dibantu.
Pola kemitraan misalnya dilakukan untuk UMKM potensial dengan bisnis yang belum matang dan belum "bankable".
Sementara KUR diberikan kepada UMKM yang punya bisnis baik tapi belum "bankable", sedangkan kredit komersial untuk UMKM yang sudah berjalan bagus dan "bankable".
"Pola itu dinilai cukup bagus, terbukti selain kredit ke UMKM meningkat, NPL-nya masih terjaga baik," katanya.
Ia menjelaskan, penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri di Sumut sejak dua tahun lalu mencapai Rp4,4 triliun.
Pengusaha UMKM Alween Ong menegaskan, pendanaan atau modal bukanlah menjadi masalah utama pengusaha di sektor itu.
"Yang dibutuhkan UMKM adalah edukasi berwirausaha serta bantuan promosi. Bantuan modal setelah UMKM semakin maju," katanya.
Menurut Alween yang menjadi Ketua Komunitas "Tangan Di Atas" itu, kalau UMKM sudah pintar dalam manajemen termasuk pembukuan, maka saat diberi pinjaman modal, dana tersebut benar-benar akan menjadi pendorong usaha, bukan lagi untuk kredit konsumtif seperti yang selama ini terjadi di tengah pengusaha UMKM.
Adapun promosi juga sangat penting, karena banyak produk UMKM yang bagus tetapi pengusahanya kesulitan menjualnya.
"Jadi memang sebaiknya pemerintah, perbankan, dan lembaga keuangan lainnya perlu lebih mengenal apa yang dibutuhkan UMKM sebelum membuat program dan membantunya," katanya. ***3***
(T.E016/B/I023/I023) 31-08-2016 19:14:08
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016