Langkat, Sumut, 26/8 (Antara) - Warga Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, berhasil mengembangkan dan memproduksi gula merah dari pohon kelapa sawit yang tumbang setelah melalui berbagai proses.
"Pembuatan gula merah ini melalui proses yang panjang, bahan bakunya dari air yang keluar dari pohon sawit yang telah ditumbangkan," kata pembuat gula merah Sumino di Secanggang, Jumat.
Sumino menjelaskan, pada awalnya melihat banyak pohon sawit yang ditumbangkan oleh pihak perusahaan yang berada di sekitar kediamannya.
"Pohon kelapa sawit yang telah tumbang itu kemudian dibelah pada bagian pucuknya yang mengeluarkan air dengan menetes.
Setiap harinya, air yang menetes tersebut bisa mencapai tiga liter per batang. Air tersebut yang dikumpulkan tersebut disaring dan dimasak dalam kuali yang besar.
Setelah memasak air yang keluar dari pucuk pohon kelapa sawit itu, ia mengolahnya hingga berubah warna. Setelah itu dicampurkan dengan gula pasir putih dengan perbandingan 1:3.
Setelah mengental, air tersebut diangkat dan didiamkan hingga beberapa waktu. Ketika sudah hangat, air itu diaduk kembali dan dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan yang terbuat dari bambu.
Menurut Sumino, pembuatan gula merah dari pohon kelapa sawit itu sempat mengalami tantangan karena prosesnya sempat gagal beberapa kali.
Umumnya faktor kegagalan membuat gula merah itu karena bahan yang didapat dari pohon kelapa sawit yang ditumbangkan tersebut usianya belum mencapai 15 tahun.
Ia menjelaskan, gula merah berbahan dasar air kelapa sawit itu berbeda dengan gula merah berbahan air nira dari pohon aren karena rasanya lebih manis dan jauh lebih wangi.
"Kita kirim ke pasar biasanya dengan harga Rp15.000 per kg, untuk produksinya masih terbatas karena kurangnya pohon sawit yang tumbang berusia 15 tahun," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Pembuatan gula merah ini melalui proses yang panjang, bahan bakunya dari air yang keluar dari pohon sawit yang telah ditumbangkan," kata pembuat gula merah Sumino di Secanggang, Jumat.
Sumino menjelaskan, pada awalnya melihat banyak pohon sawit yang ditumbangkan oleh pihak perusahaan yang berada di sekitar kediamannya.
"Pohon kelapa sawit yang telah tumbang itu kemudian dibelah pada bagian pucuknya yang mengeluarkan air dengan menetes.
Setiap harinya, air yang menetes tersebut bisa mencapai tiga liter per batang. Air tersebut yang dikumpulkan tersebut disaring dan dimasak dalam kuali yang besar.
Setelah memasak air yang keluar dari pucuk pohon kelapa sawit itu, ia mengolahnya hingga berubah warna. Setelah itu dicampurkan dengan gula pasir putih dengan perbandingan 1:3.
Setelah mengental, air tersebut diangkat dan didiamkan hingga beberapa waktu. Ketika sudah hangat, air itu diaduk kembali dan dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan yang terbuat dari bambu.
Menurut Sumino, pembuatan gula merah dari pohon kelapa sawit itu sempat mengalami tantangan karena prosesnya sempat gagal beberapa kali.
Umumnya faktor kegagalan membuat gula merah itu karena bahan yang didapat dari pohon kelapa sawit yang ditumbangkan tersebut usianya belum mencapai 15 tahun.
Ia menjelaskan, gula merah berbahan dasar air kelapa sawit itu berbeda dengan gula merah berbahan air nira dari pohon aren karena rasanya lebih manis dan jauh lebih wangi.
"Kita kirim ke pasar biasanya dengan harga Rp15.000 per kg, untuk produksinya masih terbatas karena kurangnya pohon sawit yang tumbang berusia 15 tahun," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016