Medan, 10/8 (Antarasumut) - Sumatera Utara akan mendapatkan tambahan jatah 69 Toko Tani Indonesia pada tahun 2017 untuk memperkuat keberadaan 60 toko yang sebelumnya sudah dioperasikan sejak Mei 2016.

"Pemprov Sumut cukup senang dengan rencana pusat itu karena artinya Sumut diperhitungkan dan Toko Tani Indonesia yang sudah beroperasi dianggap bagus," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut Suyono di Medan, Rabu.

Menurut dia, kalau Toko Tani Indonesia itu dipercayakan dibuka lagi di Sumut, maka BKP akan menyebarkan toko tersebut antara lain di wilayah Pematangsiantar dan sekitarnya.

Sebanyak 60 Toko Tani Indonesia sebelumnya dioperasikan di Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Serdang Bedagai, dan Langkat.

Suyono menjelaskan, konsentrasi Toko Tani Indonesia di Pematangsiatar mengacu bahwa kota itu merupakan salah satu dari empat daerah di Sumut yakni Medan, Sibolga, dan Padangsidempuan yang dijadikan sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam menghitung besaran inflasi dan deflasi.


"Siantar semakin dipilih sebagai lokasi utama karena di kawasan itu harga beras sering menjadi pemicu inflasi. Jadi, nanti dengan ada Toko Tani Indonesia di kawasan itu diharapkan ketersediaan beras semakin terjamin sehingga harga bahan pokok utama itu bisa lebih stabil," katanya.

Dewasa ini, ujar Suyono, dengan adanya Toko Tani Indonesia dibantu Bulog yang melakukan operasi pasar dan yang terkait lainnya di Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota dan Sumut, harga beras di Sumut cenderung stabil.

Kestabilan harga beras itu terekam dari keberadaan komoditas bahan pangan utama masyarakat tersebut tidak menjadi pemicu inflasi.

Meski harga beras stabil dan laporan bahwa Toko Tani Indonesia berjalan lancar, Suyono menegaskan, BKP Sumut masih terus melakukan evaluasi atas operasional 60 toko dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Evaluasi tersebut terkait sistem manajemen pembukuan, laporan, peruntukan beras Toko Tani Indonesia, kualitas beras yang dijual, dan harga jual di pasar.

"Perlu evaluasi dan pantauan terus menerus agar jangan sampai beras Toko Tani Indonesia disalahgunakan, bermutu jelek, penyalahgunaan penjualan beras, dan laporan penjualan yang tidak becus," katanya.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian sendiri juga menilai perlunya evaluasi dan pembinaan kepada Gapoktan dan Toko Tani Indonesia yang ditandai dengan akan adanya dialog dan pertemuan dengan Gapoktan dan pengusaha secara nasional di Jakarta dalam waktu dekat.

"Mudah-mudahan Sumut mendapat penilaian bagus dari pusat agar terus mendapatkan jatah penambahan Toko Tani Indonesia dan dengan jumlah cukup banyak," katanya.

Mengenai harga jual beras di Toko Tani Indonesia, ujar Suyono, sesuai ketentuan pemerintaha adalah Rp7.900 per kg, dan Rp7.700 dari harga itu untuk Gapoktan.

Pedagang Toko Tani Indonesia di Jalan M Basir, Kecamatan Medan Johor Abdi Wijaya mengaku beras Toko Tani Indonesia semakin digemari dan dicari konsumen.

"Kualitas beras Toko Tani Indonesia setara dengan harga beras di pasar yang seharga Rp10.000. Wajar saja diminati konsumen," katanya.

Akibat banyak permintaan, kata dia, penjualannya sudah sekitar dua ton per bulan dari awalnya yang hanya 0,5 ton.

Diakuinya, beras Toko Tani Indonesia itu kurang putih dan ada sedikit kotoran bekas kulit padi, tetapi itu dinilai lebih sehat karena artinya beras itu baru dan tanpa pemutih.

Soal harga, Adi mengakui dijual Rp8.000 karena untuk biaya kantongan plastik.

"Saya bilang terus terang ke konsumen ada penambahan Rp100 per kg dari harga jual yang ditetapkan untuk biaya plastik (kantongan). Tetapi kalau konsumen protes saya jual Rp7.900, tetapi pada umumnya konsumen tidak ada yang keberatan karena hargnya sudah sangat murah dan berkualitas bagus," katanya.

Pengamat ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo menilai, Toko Tani Indonesia perlu terus didorong dan didukung karena toko itu memutus mata rantai distibusi beras yang cukup panjang selama ini.

"Dengan memutus mata rantai distribusi, maka Toko Tani Indonesia bukan hanya membantu konsumen bisa semakin mudah mendapatkan beras, tetapi juga dapat harga murah. Adapun keuntungan untuk petani adalah harga jual yang sesuai, bahkan menguntungkan," katanya.  

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016