Medan, 18/5 (ANTARA) - Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara mengoperasikan 60 Toko Tani Indonesia di Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Serdangbedagai dan Langkat dengan harapan semakin memudahkan masyarakat mendapatkan beras dengan harga wajar.

"Dengan dioperasikannya 60 TTI (Toko Tani Indonesia) di Sumut diharapkan masyarakat bisa semakin mudah mendapatkan harga beras yang wajar dan membantu petani mendapatkan harga jual menguntungkan," kata Pelaksana tugas Gubernur Sumut, H T Erry Nuradi di Medan, Rabu.

Dia mengatakan itu usai acara "launching" 60 TTI dan Apresiasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM).

Menurut dia, "launching" TTI merupakan awal dimulainya pemasaran beras di Sumut dengan harga wajar Rp7.500 per kg.

"Agar beras dengan harga wajar itu tetap diminati dan membantu masyarakat, maka pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai pemasok beras ke TTI diminta menjaga kualitas beras yang dijual ke TTI," katanya.

Pedagang TTI juga diminta hanya menjual beras dagangannya ke konsumen, bukan ke pedagang agar tujuan pemerintah membuat TTI tercapai.

Dia menjelaskan, kegiatan PUPM sendiri meruoakan upaya pemerintah untuk berbagai hal mulai menjaga harga di tingkat konsumen, kemudian memotong mata rantai pasok, mempermudah aksebilitas harga panngan di tingkat konsumen dan mengurangi keuntungan pedagang perantara serta merubah struktur pasar

Kegiatan PUMP secara tiddk langsung juga berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya harga saat masa paceklik.

"Untuk itu program PUMP dan TTI harus didukung semua pihak," katanya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut, Suyono, pengoperasian TTI dilakukan setelah sebelumnya ada kesepakatan antara pemerintah dan Gapoktan maupun Gapoktan dan TTI.


Menurut dia, dari 60 TTI, pengoperasian terbesar ada di Kota Medan atau sebanyak 32 toko dan sisanya di Deliserdang, Serdangbedagai dan Langkat.

Adapun untuk pemasok beras ke 60 TTI itu sudah ditetapkan sebanyak 30 Gapoktan sehingga satu Gapoktan menyuplai dua TTI.

"TTI akan beroperasi di kawasan hunian warga yang padat penduduk dan pasar tradisional agar masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan beras dengan harga murah atau terjangkau," katanya.

Harga beras di TTI seharga Rp7.500 per kg dari harga di pasar yang berkisar Rp9.000 an per kg.

"Sesuai tujuan didirikannya TTI adalah untuk memotong mata rantai pasokan hasil pertanian dari petani ke konsumen," katanya yang didampingi Kabid Distribusi dan Akses Pangan BKP Sumut, Ahmad Syafri.

TTI sendiri diharapkan dapat menyerap produk pertanian, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat petani serta memberikan stabilisasi harga dan kemudahan akses pangan di tingkat konsumen.

Dengan langkah itu, maka petani bisa tetap mendapatkan harga jual yang menguntungkan dan konsumen membeli dengan harga yan wajar sehingga inflasi juga bisa ditekan.

"BKP berharap, TTI Sumut berhasil dan bisa menjadi percontohan mengingat Sumut merupakan satu dari sembilan provinsi yang dipercayai mengoperasikan TTI," katanya.

Suyono mengaku, untuk tahap pertama, komoditas yang akan dijual TTI memang masih semata beras, namun nantinya akan dikembangkan dengan barang lain seperti cabai merah dan bawang merah yang juga menjadi penyumbang inflasi.

Ketua Gapoktan Sehati di Desa Silau Rakyat, Serdangbedagain Zulkifli, mengatakan, sebenarnya dengan konidis harga gabah kering giling (GKG) yang sedang mahal atau Rp6.000 per kg, maka harga jual beras ke TTI yang Rp7.300 per kg, merrugikan petani anggota Gapoktan.

"Tetapi karena komitmen sudah dibuat, maka Gapoktan menyatakan kesiapan memasok ke TTI.Kami nanti bisa untung saat harga gabah sudah turun seperti sebelumnya Rp5.300 - Rp5.400 per kg," katanya.

Zulkifli menyebutkan, setiap Gapoktan mendapatkan alokasi dana bantuan sebesar Rp 200 juta dimana Rp140 juta untuk membeli beras dan Rp60 juta lainnya sebagai biaya operasional mulai plastik dan transportasi. 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016