Berawal dari ketidak adaan pekerjaan membuat sejumlah warga yang ada di kota Padangsidimpuan mencoba menghasilkan uang dengan memanfaatkan limbah batok kelapa, kayu, dan bambu sebagai media dijadikan kerajinan yang bernilai ekonomis.

Kerajinan kreatif seperti ini mulai tumbuh ditengah-tengah masyarakat kota Padangsidimpuan yang mulai merasakan kesulitan ekonomi akibat dampak harga getah dan lapangan pekerjaan yang semakin sulit.

"Kami terinspirasi atas ketidak adaan pekerjaan untuk berkarya. Jadi kami berupaya menciptakan kerajinan tangan dengan harapan dapat menambah penghasilan," kata Muhammad Akhir Nasution (44).

Bersama teman-teman di Desa Sigulang, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, kota Padangsidimpuan mulai berkreasi dan berinovasi sesuai kemampuannya masing-masing. Ada yang membuat cangkir dari batok kelapa, ada yang membuat miniatur tugu dan kapal vinisi, dan berbagai souvenir lainnya.

Adapun Motto dan semboyan mereka lebih baik menciptakan kerja daripada mencari kerja.

Hasil karya mereka ini ternyata mendapat pesanan untuk dipromosikan di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Maret 2016 lalu di Medan.

"Semua karya kami ikut di sertakan di pameran PRSU yang dibawa melalui Dinas Perindag, UKM Kota Padangsidimpuan," kata Saddam perajin miniatur Kapal vinis itu.

Diantara kerajinan mereka ternyata laku terjual diantaranya kapal vinisi, cangkir batok kelapa dan souvenir.

"Kami tambah semangat, karena usaha yang kami rintis pertengahan Maret 2016, tidak sia-sia ternyata pasar menyukainya,"kata Akhir yang juga berencana akan mendirikan Industri Kecil di Kampungnya bersama delapan teman perajin lainnya.

Sebagai perajin pemula otomatis peralatan yang digunakan mereka masih sangat sederhana. Mereka hanya mengandalkan parang, pisau dan pahat.

Dengan peralatan sederhana tersebut membuat buah karyanya memakan waktu dan sedikit mengalami kendala di pinishing (kerapian), sehingga harga bisa lebih mahal dan memeiliki ekonomis tinggi. 

"Kami berharap pemerintah dalam hal ini kota Padangsidimpuan dapat membantu peralatan, kami akan pergunakan menempa keahlian kami," ucap Saddam.

Hasil kerajinan yang mereka buat sendiri di jual secara bervariasi seperti cangkir dari batok kelapa misalnya bisa mencapai Rp.15 ribu, miniatur kapal vinis bisa Rp.200 ribu.

Di tempat terpisah  juga ditemukan perajin yang tidak kalah kreatifnya dari karya yang di buat di desa Sigulang.

Bambang (38) warga Sihitang ini misalnya, di rumahnya dia aktif berkreasi dengan memunculkan sarung dari berbagai jenis, pisau, parang dan pedang. 

Pekerjaan membuat berbagai kreasi krajinan sarung pisau, parang, kris dan pedang ini juga trinspirasi dari melihat yang sudah ada atau membayangkan hal yang unik-unik.

"Otodidak mas,"katanya ketika ditanya belajar dimana cara membuat itu.

Finishingnya yang bagus di tambah bahan kerajinan tersebut dari kayu pilihan yang gampang dibuat tapi tidak mudah pecah.

Maklum sebelum memulai pekerjaan dua tahun silam ini Bambang pernah karyawan pengolahan kayu di sawmill. 

Saat ini sambil menjaga kedai kopi di rumahnya sendiri dia sambilan membuat kerajian sarung peralatan dapur seperti pisau, parang, pedanga dan kris yang terbuat dari kayu tersebut.

Satu sarung beserta parang, atau pedang di jual antara Rp.50 ribu sampai Rp. 100 ribu, atau tergantung jenis logam dan bentuk sarungnya, semakin tinggi arsitektur seninya dan jenis yang dibutuhkan tentu harganya bisa lebih mahal.

"Harga disesuaikan aja mas,"katanya.

Dia juga berharap pemerintah juga dapat melirik potensi dari masyarakat agar dapat berkembang.

Tujuan dari pelaku kerajinan ini  selain untuk ekonomi juga mengembangkan minat kreatif masyarakat. Dan menambah lapangan kerja.

Sementara itu Camat Padangsidimpuan Tenggara, Zulkifli Dalimunte, SP, cukup merespon positif atas kreatifitas masyarakatnya.

Dia bertekat akan mensuport dan membantu mencarikan solusi agar usaha kerajinan seperti ini dapat berkembang ditengah-tengah kesulitan ekonomi yang diperparah rendahnya harga getah, apalagi di daerah ini mayoritas penduduknya hidup bertani karet.

"Kerajinan kreaif di desa kelurahan ada beberapa yang bertumbuh sendiri dan belum terdaftar di Kantor Kecamatan,"kata Camat Padangsidimpuan Tenggara, Zulkifli saat di Wawancarai.

Dia menyebutkan kerajinan tersebut dapat ditemukan di Labuhan Labo usaha pembuatan mobiler dan lemari yang ber arsitek modern.

"Di Desa Palopat dan Pijorkoling juga ada kerajinan pandai besi,pembuatan parang, pisau dan pedang.Kemudian di Desa Sigulang dan Sihitang,"katanya.

Dikatakan bahwa usaha kerajinan ini cukup Potensial untuk dikembangkan dan potensi daerah yang bisa digali apalagi dalam menghadapi masyarakat Asean. 

Sujumlah kendala masih diakui yang umumnya kendala dipermodalan dan kualitas SDM yang perlu ditingkatkan.

"Hasil kerajinan mereka harus berkompetisi dari daerah lain. Dan faktor ekonomi juga membuat rendahnya minat masyarakat untuk berbelanja hasil kerajinan mereka,"katanya.

Pun demikian pemerintah tetap akan melakukan pembinaan dan memfasilitasi agar usaha kerajinan ini mendapat dukungan permodalan dan mendapat pembinaan dari instansi terkait.

"Kita akan menginventarisasi perajin yang ada dan memfasilitasi pembentukan lembaga. Karena ini juga bagian aset pemerintah yang perlu dilestarikan,"ungkap Camat.

Dia juga berharap  pelaku industri dapat mengembangan usahanya. "Teruslah berkarya, dan berkarya,"katanya.

Pewarta: Khairul Arief

Editor : khairularief


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016