Medan, 5/2 (Antara) - Perekonomian Sumatera Utara pada 2015 tumbuh melambat dibandingkan 2014 atau hanya sebesar 5,10 persen akibat masih dirasakannya dampak krisis global.
"Tahun 2014, ekonomi Sumut sudah bertumbuh 5,23 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Jumat.
Menurut dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut itu antara lain akibat inflasi yang lebih tinggi dari nasional 1,09 persen atau mencapai 1,71 persen.
Besaran BI rate yang dinilai masih tetap tinggi atau 7,50 basis poin juga dinilai membuat perekonomian tertekan.
Meskipun BI rate sudah turun 0,25 basis poin dari 2014, namun angka itu dinilai masih tinggi di tengah perekonomian yang sedang lesu.
"Perlambatan ekonomi juga akibat IHSG (indeks harga saham gabungan) yang pada akhir tahun 2015 melemah hingga minus 12,14 persen," katanya.
Disusul laju kredit yang juga melambat dan cadangan devisa yang menipis semakin menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Wien menjelaskan, pada 2015, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, Sumut ditopang oleh tiga sektor.
Pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 1,39 persen diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 0,77 persen dan industri pengolahan 0,70 persen.
"Struktur perekonomian Sumut masih ditopang tiga sektor itu yang didominasi pertanian, kehutanan dan perikanan 22,01persen, industri pengolahan 20,21 persen serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 17,43 persen," katanya..
Wien Kusdiatmono mengatakan, perekonomian Sumut sudah mengalami perlambatan sejak tahun 2012.
"Perekonomian Sumut memang masih tetap tumbuh, tetapi melambat, "katanya.
Meski melambat, tetapi pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2015 masih menempati posisi lima tertinggi di Sumatera dengan kontribusi 22,09 persen.
Posisi pertama ditempati Provinsi Riau sebesar 6,02 persen dengan kontribusi 25,21 persen.
Wien menambahkan, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 4,70 persen.
Lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,96 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah 2,45 persen.
"Dari sisi pengeluaran, struktur perekonomian Sumut didominasi komponen pengeluaran rumah tangga 53,54 persen, diikuti PMTB 31,90 persen serta pengeluaran konsumsi pemerintah 7,65 persen," ujarnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2015, tidak jauh dari angka perkiraan BI sebelumnya yakni sebesar 5,19 persen dengan indikator belanja pemerintah mendominasi pengeluaran.
"Pencapaian pertumbuhan ekonomi di 2015 itu dinilai masih bagus dan diharapkan tahun 2016 bisa lebih tinggi lagi," ujarnya.
Pada 2016, BI memperkirakan, konsumsi pemerintah masih akan menjadi pendorong perekonomian.
"Dana alokasi yang meningkat untuk proyek infrastruktur akan berpengaruh dalam mendorong perekonomoian," katanya.***3***
(T.E016/B/I006/I006) 05-02-2016 18:02:27
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Tahun 2014, ekonomi Sumut sudah bertumbuh 5,23 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Jumat.
Menurut dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut itu antara lain akibat inflasi yang lebih tinggi dari nasional 1,09 persen atau mencapai 1,71 persen.
Besaran BI rate yang dinilai masih tetap tinggi atau 7,50 basis poin juga dinilai membuat perekonomian tertekan.
Meskipun BI rate sudah turun 0,25 basis poin dari 2014, namun angka itu dinilai masih tinggi di tengah perekonomian yang sedang lesu.
"Perlambatan ekonomi juga akibat IHSG (indeks harga saham gabungan) yang pada akhir tahun 2015 melemah hingga minus 12,14 persen," katanya.
Disusul laju kredit yang juga melambat dan cadangan devisa yang menipis semakin menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Wien menjelaskan, pada 2015, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, Sumut ditopang oleh tiga sektor.
Pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 1,39 persen diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 0,77 persen dan industri pengolahan 0,70 persen.
"Struktur perekonomian Sumut masih ditopang tiga sektor itu yang didominasi pertanian, kehutanan dan perikanan 22,01persen, industri pengolahan 20,21 persen serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 17,43 persen," katanya..
Wien Kusdiatmono mengatakan, perekonomian Sumut sudah mengalami perlambatan sejak tahun 2012.
"Perekonomian Sumut memang masih tetap tumbuh, tetapi melambat, "katanya.
Meski melambat, tetapi pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2015 masih menempati posisi lima tertinggi di Sumatera dengan kontribusi 22,09 persen.
Posisi pertama ditempati Provinsi Riau sebesar 6,02 persen dengan kontribusi 25,21 persen.
Wien menambahkan, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 4,70 persen.
Lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,96 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah 2,45 persen.
"Dari sisi pengeluaran, struktur perekonomian Sumut didominasi komponen pengeluaran rumah tangga 53,54 persen, diikuti PMTB 31,90 persen serta pengeluaran konsumsi pemerintah 7,65 persen," ujarnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2015, tidak jauh dari angka perkiraan BI sebelumnya yakni sebesar 5,19 persen dengan indikator belanja pemerintah mendominasi pengeluaran.
"Pencapaian pertumbuhan ekonomi di 2015 itu dinilai masih bagus dan diharapkan tahun 2016 bisa lebih tinggi lagi," ujarnya.
Pada 2016, BI memperkirakan, konsumsi pemerintah masih akan menjadi pendorong perekonomian.
"Dana alokasi yang meningkat untuk proyek infrastruktur akan berpengaruh dalam mendorong perekonomoian," katanya.***3***
(T.E016/B/I006/I006) 05-02-2016 18:02:27
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016