Medan, 12/4 (Antara) - Nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati yang terdiri dari crude palm oil atau CPO Sumatera Utara awal tahun ini turun 23,86 persen atau menjadi 489,241 juta dolar AS.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiantmono di Medan, Minggu mengatakan, pada periode Januari-Februari 2015, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati tinggal 48,243 juta dolar AS dari periode sama tahun lalu yang sebesar 642, 579 juta dolar AS.
"Nilai ekspor yang turun itu akibat harga jual yang melemah," katanya.
Pada Januari, nilai ekspor golongan barang itu sebesar 270,368 juta dolar AS dan Februari tinggal 218,873 juta dolar AS.
Menurut dia, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati itu yang turun itu tidak mengherankan karena akibat krisis global, harga dan permintaan ekspor melemah.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMS-), Derom Bangun, mengatakan, permintaan dan harga CPO tren menurun akibat krisis global.
Meski beberapa negara seperti India, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat dan Eropa masih tergantung dengan produk CPO Indonesia, tetapi permintaan memang masih melemah.
Melemahnya permintaan akibat produsen produk jadi dari CPO mengurangi produksi karena pasar sedang lesu.
"Diharapkan, permintaan membaik kembali Kunjungan pengusaha India belum lama ini yang melihat langsung kondisi kebun dan industri sawit di Sumut diharapkan membantu mempertahankan ekspor CPO Sumut,"katanya.***3***
(T.E016/B/A. Lazuardi/A. Lazuardi)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiantmono di Medan, Minggu mengatakan, pada periode Januari-Februari 2015, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati tinggal 48,243 juta dolar AS dari periode sama tahun lalu yang sebesar 642, 579 juta dolar AS.
"Nilai ekspor yang turun itu akibat harga jual yang melemah," katanya.
Pada Januari, nilai ekspor golongan barang itu sebesar 270,368 juta dolar AS dan Februari tinggal 218,873 juta dolar AS.
Menurut dia, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati itu yang turun itu tidak mengherankan karena akibat krisis global, harga dan permintaan ekspor melemah.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMS-), Derom Bangun, mengatakan, permintaan dan harga CPO tren menurun akibat krisis global.
Meski beberapa negara seperti India, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat dan Eropa masih tergantung dengan produk CPO Indonesia, tetapi permintaan memang masih melemah.
Melemahnya permintaan akibat produsen produk jadi dari CPO mengurangi produksi karena pasar sedang lesu.
"Diharapkan, permintaan membaik kembali Kunjungan pengusaha India belum lama ini yang melihat langsung kondisi kebun dan industri sawit di Sumut diharapkan membantu mempertahankan ekspor CPO Sumut,"katanya.***3***
(T.E016/B/A. Lazuardi/A. Lazuardi)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015