Tarutung, Sumut, 30/3 (Antara) – Proyeksi 80 persen peringatan dan teguran pada Operasi Simpatik Toba 2015 yang akan digelar mulai 1-21 April 2015 di wilayah hukum Kepolisian Resor Tapanuli Utara menjadi sisi edukasi yang menjadi prioritas pelaksanaan operasi tersebut bagi masyarakat.
“Operasi yang dimulai 1 April ini diharapkan mampu membangun kesadaran tertib berlalulintas bagi masyarakat. Dari 100 persen proyeksi pelaksanaannya, 40 persen diproyeksikan sebagai teguran kepada masyarakat, sementara 40 persen lagi ditujukan untuk meberikan peringatan. Serta 20 persen diperuntukkan untuk penindakan. Itu merupakan hal yang mengedepankan sisi edukasi,” terang Aiptu W Baringbing, Kasubbag Humas Polres Taput, Senin di Tarutung.
Diharapkannya, tujuan operasi Simpatik Toba mampu meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya disiplin lalu lintas, terutama bagi para pengemudi kendaraan bermotor. Selain itu penegakan hukum yang akan dilakukan pada operasi itu, juga menjadi harapan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
“Tujuan utamanya lebih difokuskan pada kegiatan preventif yang mencerminakn sisi edukatif. Selama operasi dijalankan, petugas kepolisian diprioritaskan ditempatkan di lokasi-lokasi yang paling rawan kecelakaan. Serta lokasi yang kerap menjadi jalur alternative para pelaku pelanggaran lalulintas. Operasi simpatik merupakan operasi Kepolisian yang bersifat kemanusiaan, sehingga porsi penegakan hukum dalam operasi ini sebanyak 20 persen sedangkan yang 80 persen adalah preventif, “ ujarnya.
Kata Baringbing, Polisi yang akan bertugas nantinya akan memberikan paparan tentang kesalahan pelanggaran lalu lintas kepada pengendara. Hal itu menyikapi kondisi saat ini, dimana kesadaran masyarakat di Taput masih sangat minim dalam tertib beralulintas.
Menyikapi Operasi Simpatik yang akan digelar Polres Taput, Hengki Lumbantobing (26), warga Tarutung mengharapkan operasi Simpatik Toba mampu membangun kesadaran yang baik. Bukan ketakutan kepada pengendara. Sebab selama ini stigma masyarakat terharap sejumlah operasi yang dilakukan Polres hanya sebatas program yang wajib dilakukan tanpa kontribusi pendidikan yang baik untuk masyarakat.
“Jadi kita berharap juga operasi ini dilakukan untuk anak-anak sekolah. Karena pelanggaran berlalulintas yang paling besar dari kacamata kita sebagai warga dilakukan oleh anak sekolah,” katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
“Operasi yang dimulai 1 April ini diharapkan mampu membangun kesadaran tertib berlalulintas bagi masyarakat. Dari 100 persen proyeksi pelaksanaannya, 40 persen diproyeksikan sebagai teguran kepada masyarakat, sementara 40 persen lagi ditujukan untuk meberikan peringatan. Serta 20 persen diperuntukkan untuk penindakan. Itu merupakan hal yang mengedepankan sisi edukasi,” terang Aiptu W Baringbing, Kasubbag Humas Polres Taput, Senin di Tarutung.
Diharapkannya, tujuan operasi Simpatik Toba mampu meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya disiplin lalu lintas, terutama bagi para pengemudi kendaraan bermotor. Selain itu penegakan hukum yang akan dilakukan pada operasi itu, juga menjadi harapan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
“Tujuan utamanya lebih difokuskan pada kegiatan preventif yang mencerminakn sisi edukatif. Selama operasi dijalankan, petugas kepolisian diprioritaskan ditempatkan di lokasi-lokasi yang paling rawan kecelakaan. Serta lokasi yang kerap menjadi jalur alternative para pelaku pelanggaran lalulintas. Operasi simpatik merupakan operasi Kepolisian yang bersifat kemanusiaan, sehingga porsi penegakan hukum dalam operasi ini sebanyak 20 persen sedangkan yang 80 persen adalah preventif, “ ujarnya.
Kata Baringbing, Polisi yang akan bertugas nantinya akan memberikan paparan tentang kesalahan pelanggaran lalu lintas kepada pengendara. Hal itu menyikapi kondisi saat ini, dimana kesadaran masyarakat di Taput masih sangat minim dalam tertib beralulintas.
Menyikapi Operasi Simpatik yang akan digelar Polres Taput, Hengki Lumbantobing (26), warga Tarutung mengharapkan operasi Simpatik Toba mampu membangun kesadaran yang baik. Bukan ketakutan kepada pengendara. Sebab selama ini stigma masyarakat terharap sejumlah operasi yang dilakukan Polres hanya sebatas program yang wajib dilakukan tanpa kontribusi pendidikan yang baik untuk masyarakat.
“Jadi kita berharap juga operasi ini dilakukan untuk anak-anak sekolah. Karena pelanggaran berlalulintas yang paling besar dari kacamata kita sebagai warga dilakukan oleh anak sekolah,” katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015