Laguboti, Sumut, 2/3 (Antara) - Petani di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Sumatera Utara, mengeluhkan anjloknya harga jual cabai dari Rp20.000 menjadi Rp12.000 per kilogram di daerah tersebut.
"Saat ini harga cabai anjlok, mengalami penurunan hingga Rp8.000 per kilogram (kg). Padahal beberapa bulan sebelumnya harga masih mencapai sekitar Rp30.000," kata Hutapea, petani cabai dari Desa Sibarani, di Laguboti, Senin.
Menurunnya harga cabai di pasaran, kata dia, terjadi hampir setiap akhir pekan dan anjlok dengan harga yang sangat jatuh pada seminggu terakhir dengan kisaran harga antara Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram.
Menurut Hutapea, jika harga cabai terus anjlok, dipastikan petani di daerah tersebut akan mengalami kerugian besar, sebab harga jual sebesar Rp12.000 per kilogram dinilai tidak sanggup menutupi biaya produksi cabai yang mereka budidayakan.
Disebutkannya, komponen biaya untuk panen lumayan besar, yakni berkisar Rp50 ribu upah tenaga kerja per orang, dengan hasil yang bisa dipetik sekitar 15 kg per hari.
"Selain itu, kita harus bayar ongkos angkut dari ladang ditambah biaya transportasi untuk menjual ke pasar," keluhnya.
Hutajulu (40) petani cabai lain dari Laguboti, menambahkan, dirinya menjadi malas untuk memanen tanaman cabai di kebun miliknya akibat anjloknya harga di pasaran.
Namun, kata dia, dengan terpaksa harus dipanen juga, sebab jika dibiarkan terus, buah yang terlalu masak di batangnya itu lama kelamaan akan menjadi busuk.
Meski harus merugi, dengan terpaksa banyak petani di daerah ini memanen cabai dan menjualnya dengan harga cukup rendah kepada pedagang pengumpul di pasar.
"Kami berharap pihak pemerintah memperhatikan nasib petani cabai di daerah ini, dengan mengontrol serta mengendalikan harga pasar," kata Hutajulu.
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Tobasa mencatat, produksi cabai di daerah tersebut mencapai 1.779 ton ton per tahun, dengan sentra produksi di Kecamatan Laguboti, Lumbanjulu, Habinsaran, Balige dan Borbor.
***3***
(KR-HIN)
(T.KR-HIN/B/E. Sujatmiko/E. Sujatmiko) 02-03-2015
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Saat ini harga cabai anjlok, mengalami penurunan hingga Rp8.000 per kilogram (kg). Padahal beberapa bulan sebelumnya harga masih mencapai sekitar Rp30.000," kata Hutapea, petani cabai dari Desa Sibarani, di Laguboti, Senin.
Menurunnya harga cabai di pasaran, kata dia, terjadi hampir setiap akhir pekan dan anjlok dengan harga yang sangat jatuh pada seminggu terakhir dengan kisaran harga antara Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram.
Menurut Hutapea, jika harga cabai terus anjlok, dipastikan petani di daerah tersebut akan mengalami kerugian besar, sebab harga jual sebesar Rp12.000 per kilogram dinilai tidak sanggup menutupi biaya produksi cabai yang mereka budidayakan.
Disebutkannya, komponen biaya untuk panen lumayan besar, yakni berkisar Rp50 ribu upah tenaga kerja per orang, dengan hasil yang bisa dipetik sekitar 15 kg per hari.
"Selain itu, kita harus bayar ongkos angkut dari ladang ditambah biaya transportasi untuk menjual ke pasar," keluhnya.
Hutajulu (40) petani cabai lain dari Laguboti, menambahkan, dirinya menjadi malas untuk memanen tanaman cabai di kebun miliknya akibat anjloknya harga di pasaran.
Namun, kata dia, dengan terpaksa harus dipanen juga, sebab jika dibiarkan terus, buah yang terlalu masak di batangnya itu lama kelamaan akan menjadi busuk.
Meski harus merugi, dengan terpaksa banyak petani di daerah ini memanen cabai dan menjualnya dengan harga cukup rendah kepada pedagang pengumpul di pasar.
"Kami berharap pihak pemerintah memperhatikan nasib petani cabai di daerah ini, dengan mengontrol serta mengendalikan harga pasar," kata Hutajulu.
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Tobasa mencatat, produksi cabai di daerah tersebut mencapai 1.779 ton ton per tahun, dengan sentra produksi di Kecamatan Laguboti, Lumbanjulu, Habinsaran, Balige dan Borbor.
***3***
(KR-HIN)
(T.KR-HIN/B/E. Sujatmiko/E. Sujatmiko) 02-03-2015
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015