"Sukses itu bukan menjadi kaya tetapi memiliki makna yang dalam yaitu berguna, dan bermanfaat bagi orang lain".

Penggalan kalimat di atas meluncur dari bibir Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan (42). Ditemui di ruang kerjanya, pengusaha yang sukses meniti jalur politik ini bercerita banyak hal tentang karir yang dijalaninya.

"Awalnya, sejak menamatkan bangku SMA Negeri 1 Siborong-borong pada tahun 1991. Saya melanjutkan pendidikan ke jenjang Kuliah yaitu di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD/APMD), Yogyakarta, yang berhasil saya tamatkan pada tahun 1995," katanya membuka perbincangan.

Saya melihat diri saya. Dimana, harus ada perubahan yang mengarah lebih baik lagi," lanjutnya.

Menurut dia, banyak orang yang menganggap sukses itu adalah ketika dia bisa mengumpulkan kekayaan, atau saat dia mencapai kejayaan, atau juga ketika hal duniawi lainnya mampu didapatkan olehnya meski hal tersebut tidak berguna bagi orang lain. Untuk saya, itu bukan namanya sukses," ungkapnya.

Menurut dia, kesempatan yang baik telah menghantarkannya. Diapun menggeluti profesi Wartawan sejak saat itu. Arti sebuah kegagalan yang dianutnya, yakni ketika apa yang diucapkan berbeda dengan apa yang dilakukan atau dengan kata lain melakukan penghianatan terhadap diri sendiri adalah merupakan sebuah kegagalan terbesar yang diyakininya.

"Berbekal pengetahuan yang saya dapat di bangku kuliah, sayapun menggeluti dunia jurnalis. Kita harus selalu berkaca dan mensyukuri apa yang kita punya. Hidup ini seperti roda. Kesempatan itu tidak selalu datang," ucapnya,

Kata Nikson, menjadi Wartawan itu, enak. Sebagai Wartawan, dia ditempa untuk memiliki integritas, kreatifitas serta berwawasan. "Dari mulai kecil, saya sepertinya sudah terbiasa menjadi pendengar yang baik. Saya banyak mendengar, melihat dan melakukan apa yang terbaik saya lakukan dan ternyata, saya mampu bertahan cukup lama di dunia kewartawanan," sebut mantan Pewarta Media Indonesia itu.

Berselang beberapan tahun, profesi pekerja media yang dilakoninya, ternyata menjadi sebuah jalan untuk mengecap dunia usaha, yakni sebagai seorang Pengusaha muda. "Menjadi pengusaha itu, harus punya kejelian. Saya harus belajar dan jeli melihat peluang, karena tentunya, semua peluang yang ada harus kita tangkap. Soal resiko, jadi pengusaha jauh lebih kecil. Tentunya, resiko harus menjadi acuan," kata Pria kelahiran Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Siborongborong, 5 Oktober 1972.

Hari bahagia, kehidupan rumah-tangganya bersama sang istri Satika Simamora, SE pun terwujud. Dimana anak pertamanya, Abraham Manuel Pardamean Nababan serta Jonathan Rafael Martua Nababan yang dilahirkan kembar, setelah menanti kurang lebih 10 tahun, menjadi pemicu semangat baru baginya. Sejak kelahiran dua buah hatinya itu, impiannya menjadi seorang Bupati pun langsung terpatri.

"Sejak kelahiran keduanya, saya mempersiapkan diri menjadi seorang Bupati. Kebetulan saat itu, di Kabupaten Tapanuli Utara sedang mengawali suksesi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati. Kekuatan terbesar saya hanya tiga yaitu, Anak-anak, Keluarga dan Tuhan. Dan, saya punya tiga prioritas yaitu keluarga, pekerjaan dan masyarakat. Dalam hidup ini, kita harus melihat, membaca, tanpa harus bertanya. Situasi dengan mimik, sorot mata, juga harus kita lihat. Segalanya harus diperhatikan sebagai acuan untuk menentukan sesuatu," terangnya.

Menang dalam perhelatan dua putaran Pemilukada yang digelar daerah itu pada hari Kamis, 10 Oktober 2013 dan Kamis, 6 Maret 2014. Nikson Nababan selaku Calon Bupati beserta wakilnya, Mauliate Simorangkir, akhirnya secara resmi dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli Utara periode 2014-2019 pada Rabu, 16 April 2014.

"Sejak saat itu, hingga hari ini. Saya memahami jika menjadi seorang Kepala Daerah, saya harus memadukan integritas yang dimiliki, kreatifitas, wawasan, kejelian, menahan rasa ego dan perasaan, serta yang terpenting selalu mengutamakan kepentingan umum, kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, sebagai hal yang utama. Soal resiko politik dan resiko hukum, tentunya sangat besar. Karena lawan lawan politik menunggu kita tergelincir. Menjadi seorang Bupati, kita tidak bisa lagi hanya memikirkan sendiri. Sebab, amanah telah mengharuskan kita untuk berpikir demi kepentingan masyarakat umum dan negara," ucapnya.

Dalam kesibukannya saat ini, dirinya mengakui bahwa pencarian cara untuk mendapatkan peluang yang ada demi kesejahteraan masyarakat selalu dilakukannya. Soal perhitungan resiko, Nikson menilai jika seorang pemimpin harus berani mengambil resiko, sejauh hal tersebut demi kepentingan umum, maka, harus dikedepankan.

"Saya berharap untuk 1 tahun, 5 tahun, bahkan 10 tahun, atau untuk 20 tahun lagi ke depan. Saya ingin mencatatkan sejarah, melakukan hal hal yang luar biasa yang bernilai positif bagi kehidupan orang banyak," tukasnya.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015