Medan, 3/1 (Antara) - Volume ekspor karet dari Sumatera Utara pada 2014 hingga November turun 42,45 ribu ton atau 9,22 persen dibandingkan periode yang sama pada 2013.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Sabtu, mengatakan volume ekspor karet Sumut hingga November 2013 sebanyak 460,61 ribu ton, sementara pada periode yang sama 2014 sejumlah 418,16 ribu ton sehingga ada penurunan 9,22 persen.
"Penurunan ekspor akibat melemahnya permintaan dampak krisis ekonomi global,"katanya.
Dengan menurunnya volume ekspor, devisa dari komoditas itu dipastikan ikut melemah.
Apalagi harga jualpun masih di bawah harga normal atau di bawah 3 dolar AS per kg.
Pada 31 Desember, harga karet SIR20 di bursa Singapura ditutup dengan harga 1,52 dolar AS per kg untuk pengapalan Januari 2015.
"Mudah-mudahan harga ekspor 2015 membaik.Diakui sulit memprediksi harga walau ada perhitungan harga 2015 bergerak naik,"katanya.
Dengan kenaikan harga diharapkan devisa Sumut dari karet bisa lebih besar dari 2014.
Data di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, menunjukkan hingga Oktober 2014, nilai devisa karet mencapai 1,264 miliar dolar AS.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, anjloknya harga ekspor karet dan langsung berimbas ke harga petani menjadi salah satu pemicu melambatnya perekonomian Sumut.
Bahkan, akibat harga karet anjlok, tingkat kemiskinan di desa bertambah besar.
Untuk itu, kata Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu,sudah saatnya pemerintah melakukan langkah seperti Thailand yang membeli karet petaninya saat harga jatuh.***3***
(T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti) 03-01-2015 19:
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Sabtu, mengatakan volume ekspor karet Sumut hingga November 2013 sebanyak 460,61 ribu ton, sementara pada periode yang sama 2014 sejumlah 418,16 ribu ton sehingga ada penurunan 9,22 persen.
"Penurunan ekspor akibat melemahnya permintaan dampak krisis ekonomi global,"katanya.
Dengan menurunnya volume ekspor, devisa dari komoditas itu dipastikan ikut melemah.
Apalagi harga jualpun masih di bawah harga normal atau di bawah 3 dolar AS per kg.
Pada 31 Desember, harga karet SIR20 di bursa Singapura ditutup dengan harga 1,52 dolar AS per kg untuk pengapalan Januari 2015.
"Mudah-mudahan harga ekspor 2015 membaik.Diakui sulit memprediksi harga walau ada perhitungan harga 2015 bergerak naik,"katanya.
Dengan kenaikan harga diharapkan devisa Sumut dari karet bisa lebih besar dari 2014.
Data di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, menunjukkan hingga Oktober 2014, nilai devisa karet mencapai 1,264 miliar dolar AS.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, anjloknya harga ekspor karet dan langsung berimbas ke harga petani menjadi salah satu pemicu melambatnya perekonomian Sumut.
Bahkan, akibat harga karet anjlok, tingkat kemiskinan di desa bertambah besar.
Untuk itu, kata Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu,sudah saatnya pemerintah melakukan langkah seperti Thailand yang membeli karet petaninya saat harga jatuh.***3***
(T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti) 03-01-2015 19:
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015