Medan, 4/8 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara pada semester I 2014 turun 1,62 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau tinggal 4.719 miliar dolar AS.
"Penurunan devisa dipicu turunnya penerimaan dari minyak dan gas sebesar 83,93 persen dan sektor pertanian 17,16 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin.
Devisa minyak dan gas tahun ini tinggal 58.000 dolar AS dan pertanian 1,073 miliar dolar AS.
Sementara sektor industri dan pertambangan penggalian naik masing-masing 3,96 persen dan 148,10 persen.
Sektor industri sendiri masih tetap sebagai penyumbang terbesar penerimaan devisa Sumut atau 3,635 miliar dolar AS.
"Meski penerimaan dari sektor pertanian turun, tetapi kelompok itu juga masih tetap menjadi kedua terbesar penyumbang devisa setelah hasil industri," ujar Wien.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa menyebutkan, nilai ekspor pertanian yang turun itu dipicu harga jual yang masih bertahan rendah.
Harga yang rendah itu dipicu permintaan yang melemah dampak masih dirasakannya krisis global.
"Makanya, ekspor dalam bentuk hasil jadi atau industri harus didorong," katanya.
Dorongan antara lain dengan memberi kemudahan kepada pengusaha meningkatkan produksi hasil jadi dan mengekspornya.***2***
(T.E016/B/Suparmono/Suparmono)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Penurunan devisa dipicu turunnya penerimaan dari minyak dan gas sebesar 83,93 persen dan sektor pertanian 17,16 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin.
Devisa minyak dan gas tahun ini tinggal 58.000 dolar AS dan pertanian 1,073 miliar dolar AS.
Sementara sektor industri dan pertambangan penggalian naik masing-masing 3,96 persen dan 148,10 persen.
Sektor industri sendiri masih tetap sebagai penyumbang terbesar penerimaan devisa Sumut atau 3,635 miliar dolar AS.
"Meski penerimaan dari sektor pertanian turun, tetapi kelompok itu juga masih tetap menjadi kedua terbesar penyumbang devisa setelah hasil industri," ujar Wien.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa menyebutkan, nilai ekspor pertanian yang turun itu dipicu harga jual yang masih bertahan rendah.
Harga yang rendah itu dipicu permintaan yang melemah dampak masih dirasakannya krisis global.
"Makanya, ekspor dalam bentuk hasil jadi atau industri harus didorong," katanya.
Dorongan antara lain dengan memberi kemudahan kepada pengusaha meningkatkan produksi hasil jadi dan mengekspornya.***2***
(T.E016/B/Suparmono/Suparmono)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014