Medan, 12/7 (Antara) - Volume ekspor karet Sumatera Utara semester I/2014 turun 7,64 persen atau menjadi 234.047.692 kilogram jika dibanding periode yang sama tahun 2013.
"Semester I/2013, ekspor masih sebanyak 253.418.483 kg (kilogram). Penurunan itu sebagai dampak melemahnya permintaan di tengah masih terjadi krisis global," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.
Menurut dia, penurunan volume dan diikuti masih melemahnya harga jual, membuat petani dan perusahaan perkebunan karet merugi.
Harga karet kering yang dewasa ini di kisaran atau cenderung di bawah Rp18.000 per kg sudah di bawah harga modal.
"Kalau kondisi itu terus berkepanjangan, bukan hanya petani yang merugi. Tetapi usaha perkebunan karet juga terancam bangkrut,"katanya.
Dia menjelaskan, dewasa ini saja banyak petani yang sudah berhenti menyadap pohon karet dengan alasan karena penghasilan per harinya tidak lagi dapat menutupi kehidupan sehari-hari.
Tidak menyadapnya petani otomatis juga mengurangi produksi karet Sumut.
"Pabrikan kekurangan pasokan .Tetapi meski produksi dan ekspor menurun, harga jual belum juga naik karena nyatanya memang permintaan melemah,"katanya.
Negara-negara tujuan ekspor utama selama ini seperti Jepang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan AS juga masih lemahnya permintaan.
Petani karet Sumut, K.Siregar mengatakan, tanaman karet tidak menjanjikan lagi.
"Harga getah yang cuma Rp5ribuan tidak bisa diandalkan lagi untuk menafkahi hidup. Makanya petani karet banyak yang meninggalkan usaha karet untuk sementara,"katanya. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Semester I/2013, ekspor masih sebanyak 253.418.483 kg (kilogram). Penurunan itu sebagai dampak melemahnya permintaan di tengah masih terjadi krisis global," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.
Menurut dia, penurunan volume dan diikuti masih melemahnya harga jual, membuat petani dan perusahaan perkebunan karet merugi.
Harga karet kering yang dewasa ini di kisaran atau cenderung di bawah Rp18.000 per kg sudah di bawah harga modal.
"Kalau kondisi itu terus berkepanjangan, bukan hanya petani yang merugi. Tetapi usaha perkebunan karet juga terancam bangkrut,"katanya.
Dia menjelaskan, dewasa ini saja banyak petani yang sudah berhenti menyadap pohon karet dengan alasan karena penghasilan per harinya tidak lagi dapat menutupi kehidupan sehari-hari.
Tidak menyadapnya petani otomatis juga mengurangi produksi karet Sumut.
"Pabrikan kekurangan pasokan .Tetapi meski produksi dan ekspor menurun, harga jual belum juga naik karena nyatanya memang permintaan melemah,"katanya.
Negara-negara tujuan ekspor utama selama ini seperti Jepang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan AS juga masih lemahnya permintaan.
Petani karet Sumut, K.Siregar mengatakan, tanaman karet tidak menjanjikan lagi.
"Harga getah yang cuma Rp5ribuan tidak bisa diandalkan lagi untuk menafkahi hidup. Makanya petani karet banyak yang meninggalkan usaha karet untuk sementara,"katanya. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014