Balige, 4/6 (Antara) - Sejumlah petani di Desa Sibuntuon, Samosir, berhasil memanfaatkan keong mas sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ternak, sehingga bisa menghemat biaya pembelian pakan ternak pabrikan.
"Selama ini keong mas dianggap sebagai hama dan selalu menjadi momok yang meresahkan petani, karena bila hewan tersebut sudah menyerang bisa merusak batang tanaman padi," ujar Siahaan, seorang petani di Sibuntuon, Balige, Rabu.
Untuk memperoleh keong mas di daerah itu, kata dia, tidak terlalu sulit, karena dengan mudah dapat dijumpai di lahan persawahan atau pada tanaman yang cukup basah.
Daging hewan keong mas (Pomacea Canaliculata Lammarck) bisa digunakan sebagai pengganti tepung ikan karena mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 44-46,2 persen. Kulitnya bisa menjadi pengganti tepung tulang.
Siahaan menyebutkan meningkatnya harga pakan ternak pabrikan membuat para peternak bebek di daerah tersebut mencari bahan makanan alternatif untuk pakan ternak peliharaan milik mereka.
"Kami mengolah keong mas itu dengan cara menumbuk dan mencincang dagingnya untuk kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak," katanya.
Petani lainnya, Sianipar, mengaku berdasarkan pengalamannya, pemberian keong mas secara teratur pada pagi dan sore hari akan mempercepat pertumbuhan ternak bebek dan meningkatkan produksi telur.
Keong mas itu, kata dia, dengan mudah dapat ditemukan terutama pada saat sawah dialiri air. Banyaknya keong yang bertebaran di sawah dulu sering membuat mereka kesal, karena memakan tanaman padi masih muda.
"Dulu, kami sempat kewalahan untuk membasmi hama keong emas itu. Namun setelah berhasil diolah untuk menjadi pakan ternak, malah dianggap bisa menguntungkan," ujar Sianipar.
Sementara itu, Simanjuntak, petugas penyuluh dari Dinas Pertanian Tobasa menyebutkan bahwa selama ini Indonesia masih mengimpor bahan baku pakan, seperti tepung ikan dan tepung tulang, yang mencapai ratusan ribu ton dalam setahun.
"Pemanfaatan pakan ternak dari keong mas itu dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatan mereka, karena biaya pengeluaran bisa ditekan," katanya. (KR-HIN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Selama ini keong mas dianggap sebagai hama dan selalu menjadi momok yang meresahkan petani, karena bila hewan tersebut sudah menyerang bisa merusak batang tanaman padi," ujar Siahaan, seorang petani di Sibuntuon, Balige, Rabu.
Untuk memperoleh keong mas di daerah itu, kata dia, tidak terlalu sulit, karena dengan mudah dapat dijumpai di lahan persawahan atau pada tanaman yang cukup basah.
Daging hewan keong mas (Pomacea Canaliculata Lammarck) bisa digunakan sebagai pengganti tepung ikan karena mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 44-46,2 persen. Kulitnya bisa menjadi pengganti tepung tulang.
Siahaan menyebutkan meningkatnya harga pakan ternak pabrikan membuat para peternak bebek di daerah tersebut mencari bahan makanan alternatif untuk pakan ternak peliharaan milik mereka.
"Kami mengolah keong mas itu dengan cara menumbuk dan mencincang dagingnya untuk kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak," katanya.
Petani lainnya, Sianipar, mengaku berdasarkan pengalamannya, pemberian keong mas secara teratur pada pagi dan sore hari akan mempercepat pertumbuhan ternak bebek dan meningkatkan produksi telur.
Keong mas itu, kata dia, dengan mudah dapat ditemukan terutama pada saat sawah dialiri air. Banyaknya keong yang bertebaran di sawah dulu sering membuat mereka kesal, karena memakan tanaman padi masih muda.
"Dulu, kami sempat kewalahan untuk membasmi hama keong emas itu. Namun setelah berhasil diolah untuk menjadi pakan ternak, malah dianggap bisa menguntungkan," ujar Sianipar.
Sementara itu, Simanjuntak, petugas penyuluh dari Dinas Pertanian Tobasa menyebutkan bahwa selama ini Indonesia masih mengimpor bahan baku pakan, seperti tepung ikan dan tepung tulang, yang mencapai ratusan ribu ton dalam setahun.
"Pemanfaatan pakan ternak dari keong mas itu dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatan mereka, karena biaya pengeluaran bisa ditekan," katanya. (KR-HIN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014