Oleh Imran Napitupulu
Balige, 20/5 (Antara) - Pemkab Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, mencanangkan penerapan program pertanian selaras alam (PSA), dalam upaya mengurangi dampak negatif penggunaan teknologi tinggi bidang pertanian yang akan dikembangkan bersama Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat setempat.
"Pencanangan program PSA bertujuan untuk mengkampanyekan kepada petani agar mereka tidak menggunakan pestisida kimia sintetis," kata Kadis Pertanian Peternakan dan Perikanan Tobasa, Joni Hutajulu di Balige, Selasa.
Langkah tersebut, dimaksudkan agar para petani dapat menghasilkan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan secara langsung menjaga keseimbangan ekosistem alam.
Program PSA dimaksud, disosialisasikan kepada masyarakat petani dengan melakukan percontohan menanam berbagai jenis tanaman menggunakan 5.000 polybag.
Pencanangan program itu dilaksanakan setelah melalui rapat koordinasi di Kantor Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Jl. AB. Silalahi Komplek Perkantoran Simanjalo, Balige, pada Jumat (16/5).
Menurut Joni, pihaknya ingin membuktikan kepada masyarakat, agar pemahaman mereka tidak cukup dengan penyuluhan saja tetapi dengan menunjukkan hasil yang nyata, sehingga para petani tersebut semakin lebih percaya.
Dijelaskannya, penggunaan kimia sintetis pada tanaman melalui penggunaan pupuk organik, dan pestisida organik hanya untuk merangsang tumbuhan dan memaksa penyerapan unsur hara tanah.
"Penggunaan kimia sintetis dikhawatirkan dapat merusak ekosistem alam, dan pada gilirannya akan menghasilkan pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi," katanya.
Staf KSPPM Tobasa, Junpiter Pakpahan menyebutkan, mereka telah menerapkan sistem PSA tersebut sejak sepuluh tahun lalu, dan istilah PSA ditujukan untuk mengembalikan kearifan budaya lokal, agar selaras dengan alam.
Menurutnya, pemulihan alam dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Pola pertanian zaman nenek moyang tempo dulu, tidak pernah mengenal bahan-bahan tersebut.
"Selama ini, petani mengalami kesulitan mengembangkan PSA organik karena minimnya dukungan pemerintah daerah atas jaminan pemasaran produksi hasil pertanian organik, serta adanya kecenderungan membiarkan petani berjalan sendirian," ujar Junpiter. (IN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Balige, 20/5 (Antara) - Pemkab Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, mencanangkan penerapan program pertanian selaras alam (PSA), dalam upaya mengurangi dampak negatif penggunaan teknologi tinggi bidang pertanian yang akan dikembangkan bersama Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat setempat.
"Pencanangan program PSA bertujuan untuk mengkampanyekan kepada petani agar mereka tidak menggunakan pestisida kimia sintetis," kata Kadis Pertanian Peternakan dan Perikanan Tobasa, Joni Hutajulu di Balige, Selasa.
Langkah tersebut, dimaksudkan agar para petani dapat menghasilkan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan secara langsung menjaga keseimbangan ekosistem alam.
Program PSA dimaksud, disosialisasikan kepada masyarakat petani dengan melakukan percontohan menanam berbagai jenis tanaman menggunakan 5.000 polybag.
Pencanangan program itu dilaksanakan setelah melalui rapat koordinasi di Kantor Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Jl. AB. Silalahi Komplek Perkantoran Simanjalo, Balige, pada Jumat (16/5).
Menurut Joni, pihaknya ingin membuktikan kepada masyarakat, agar pemahaman mereka tidak cukup dengan penyuluhan saja tetapi dengan menunjukkan hasil yang nyata, sehingga para petani tersebut semakin lebih percaya.
Dijelaskannya, penggunaan kimia sintetis pada tanaman melalui penggunaan pupuk organik, dan pestisida organik hanya untuk merangsang tumbuhan dan memaksa penyerapan unsur hara tanah.
"Penggunaan kimia sintetis dikhawatirkan dapat merusak ekosistem alam, dan pada gilirannya akan menghasilkan pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi," katanya.
Staf KSPPM Tobasa, Junpiter Pakpahan menyebutkan, mereka telah menerapkan sistem PSA tersebut sejak sepuluh tahun lalu, dan istilah PSA ditujukan untuk mengembalikan kearifan budaya lokal, agar selaras dengan alam.
Menurutnya, pemulihan alam dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Pola pertanian zaman nenek moyang tempo dulu, tidak pernah mengenal bahan-bahan tersebut.
"Selama ini, petani mengalami kesulitan mengembangkan PSA organik karena minimnya dukungan pemerintah daerah atas jaminan pemasaran produksi hasil pertanian organik, serta adanya kecenderungan membiarkan petani berjalan sendirian," ujar Junpiter. (IN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014