Oleh Yan Aswika
Tanjung Balai,12/5 (Antara Sumur) - Kalangan nelayan tradisional pencari kepah di Tanjung Balai, memprotes penggunaan alat tangkap modern yang akhir-akhir ini marak terjadi di sekitar perairan Kuala Bagan.
"Kegiatan menangkap kepah dengan menggunakan alat tangkap modern, seperti tang kerang, semakin marak di Kuala Bagan," kata anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tanjung Balai, Sangkot Marpaung di Tanjung Balai, Selasa.
Menurutnya, penggunaan tang kerang menjadi penyebab utama semakin sulitnya nelayan tradisional mendapatkan kepah.
Sebab, lanjut dia, pengoperasian alat tangkap modern di zona tangkapan nelayan tradisional itu dipastikan rentan merusak ekosistem perairan laut dan akhirnya mengakibatkan populasi beberapa jenis kerang-kerangan semakin berkurang.
Selama ini, kata dia, mereka mencari kepah secara manual, yaitu menggunakan tojok atau sejenis alat garuk dan kegiatan tersebut dominan dilakukan saat pasang mati.
Namun, sejak nelayan modern yang menggunakan tang, pendapatan nelayan tradisionil drastis merosot.
"Penghasilan nelayan kini semakin merosot dan bahkan nyaris kehilangan matapencaharian," ujar Sangkot.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya mendesak instansi pemerintah terkait dan lembaga penegak hukum agar segera menertibkan penangkapan kepah dengan peralatan modern di sekitar Kuala Bagan.
HNSI setempat juga
menyarankan agar Diskanla Tanjung Balai mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan tentang alat maupun zona tangkap.
Disebutkan, banyaknya alat tangkap yang dioperasikan di perairan Asahan saat ini sudah tidak sebanding dengan areal atau zona tangkap yang ada.
"Pemahaman tentang jenis alat dan zona tangkap merupakan salahsatu upaya untuk menyelesaikan masalah ini," ujarnya.
Kadis Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kota Tanjung Balai, Nefri Siregar mengaku telah menerima laporan masyarakat terkait beroperasinya tang kerang di zona tangkap nelayan tradisionil.(Yan)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Tanjung Balai,12/5 (Antara Sumur) - Kalangan nelayan tradisional pencari kepah di Tanjung Balai, memprotes penggunaan alat tangkap modern yang akhir-akhir ini marak terjadi di sekitar perairan Kuala Bagan.
"Kegiatan menangkap kepah dengan menggunakan alat tangkap modern, seperti tang kerang, semakin marak di Kuala Bagan," kata anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tanjung Balai, Sangkot Marpaung di Tanjung Balai, Selasa.
Menurutnya, penggunaan tang kerang menjadi penyebab utama semakin sulitnya nelayan tradisional mendapatkan kepah.
Sebab, lanjut dia, pengoperasian alat tangkap modern di zona tangkapan nelayan tradisional itu dipastikan rentan merusak ekosistem perairan laut dan akhirnya mengakibatkan populasi beberapa jenis kerang-kerangan semakin berkurang.
Selama ini, kata dia, mereka mencari kepah secara manual, yaitu menggunakan tojok atau sejenis alat garuk dan kegiatan tersebut dominan dilakukan saat pasang mati.
Namun, sejak nelayan modern yang menggunakan tang, pendapatan nelayan tradisionil drastis merosot.
"Penghasilan nelayan kini semakin merosot dan bahkan nyaris kehilangan matapencaharian," ujar Sangkot.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya mendesak instansi pemerintah terkait dan lembaga penegak hukum agar segera menertibkan penangkapan kepah dengan peralatan modern di sekitar Kuala Bagan.
HNSI setempat juga
menyarankan agar Diskanla Tanjung Balai mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan tentang alat maupun zona tangkap.
Disebutkan, banyaknya alat tangkap yang dioperasikan di perairan Asahan saat ini sudah tidak sebanding dengan areal atau zona tangkap yang ada.
"Pemahaman tentang jenis alat dan zona tangkap merupakan salahsatu upaya untuk menyelesaikan masalah ini," ujarnya.
Kadis Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kota Tanjung Balai, Nefri Siregar mengaku telah menerima laporan masyarakat terkait beroperasinya tang kerang di zona tangkap nelayan tradisionil.(Yan)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014